Minggu, 31 Juli 2022

Ulasan Puisi 100 Chairil Anwar Masa Kini (7) Rissa Churria

 Ulasan Puisi 100 Chairil Anwar Masa Kini (7)

Ini puisi Rissa Churria perempuan penyair penuh talenta asal Bekasi tak ketinggalan memuji Chairil. Banyak kata dan kosa kata indah untuk memuji Chairil bahkan memperingatinya dengan banyak acara. Termasuk Rissa Churria juga . Namun ada istimewanya puisi ini yakni dalam bait : 

//.../Aku merapal doa 

Sembari menyusun sajak untukmu

Meski hanya seuntai fatihah

Sebaris shalawat tak bersyahwat

Yang aku tulis pada dinding langit Tuhanku/...//

Yakni sebuah kiriman doa kepada Sang Chairil yang ada di sana. Rissa mengingatkan kita bahwa ujud terima kasih tak lain bagi orang tlah tiada adalah kiriman doa. Ini menjadi cermin pembaca bahwa kelak kita pun ada yang mendoakan . Amien. 

(Rg Bagus Warsono)

Rissa Churria 

DADA CAHAYA CHAIRIL ANWAR

Kata ini bergemuruh pada puisimu

Seperti magma yang lahir di antara lahar cinta

Mengoyak dinding ketakutan

Membakar semangat juang kebangsaan

Aku merapal doa 

Sembari menyusun sajak untukmu

Meski hanya seuntai fatihah

Sebaris shalawat tak bersyahwat

Yang aku tulis pada dinding langit Tuhanku

Chairil sang binatang jalang

Ada lentera diksi yang selalu menyala

Pada hati yang jalang akan aksara

Menguntai rasa di sembarang cuaca

Hingga akhir penghabisan cerita

Kau tertunduk di pintu cahaya

Jakarta, 26.07.2022




Rissa Churria adalah penyair yang saat ini tinggal dan menetap di Bekasi, Jawa Barat. Karyanya diterbitkan dalam buku kumpulan puisi tunggal, yaitu : “Harum Haramain” (2016), “Perempuan Wetan” (2017), “Blakasuta Liku Luka Perang Saudara”(2018),  “Matahari Senja di Bumi Osing” (2019), Babad Tanah Blambangan (2020),  Bisikan Tanah Penari (2021), Risalah Nagari Natasangin (2021). Kembul Bujana Cinta Kamajaya Kamaratih (Kontmpelasi Puisi, 2021). Lebih dari 90 antologi bersama, antara lain : Khatulistiwa (Negeri Poci, 2021), Jazirah 1,2,3,4,5,8,9,11, dan 12  Festival Sastra Internasional Gunung Bintan, dan lain lain


Label:

Ulasan Puisi antologi 100 Chairil Anwar Masa Kini (8) Rosyidi Aryadi

 Ulasan Puisi antologi 100 Chairil Anwar Masa Kini (8)


Rosyidi Aryadi, penyair kelahiran Banjarmasin yang tingal di Palangkaraya ini pada 26 Juli 2026 masih sempat juga mengirim puisi di Lumbung Puisi. Rosyidi demikian mengutarakan dalam puisinya Abad Berlari Penyair Bersyair. Ia hendak menyampaikan bahwa kita beda zaman dengan zaman Chairil. Tetapi Rosyidi Aryadi mengungkapkan bahwa tak ada salahnya kita mengusung di Hari 100 Tahun Kelahiran Chairil. Baginya penghormatan terhadap pujangga angkatan'45 itu untuk mendapatkan bertkah kita. Sebuah kebijaksanaan yang luar biasa dimiliki Rosidi Aryadi. Dalam bait terakhirnya sebuah amanat bagi kita semua para penyair bahwa kita menengok diri kita kembali, untuk mencari jati diri , demikian bait terakhir itu: 

//..../Bangkit dan bergerak menapaki jalan puisi mengurai kepekaan jiwa sambil.menyimak pertobatan nasuha.

Perjalanan penuh liku luka semesta berpagar niat berbagi kata sembari meratapi jati diri.// 

(Rg Bagus Warsono) 

Rosyidi Aryadi

Abad Berlari Penyair Bersyair

Merekam kegelisahan dalam bingkai aksara membaca rindu meraung rasa membelah malam dalam perjalanan sunyi, menapaki hikayat bersaksi atas kesaksian penyair dalam syair pergulatan takdir bertasbih membaca peradaban dalam persembahan 100 tahun mencari berkah.

Kesetiaan menarikan tarian musim bersama memapah kegelisahan dalam purnama tak pernah membaluri dari persilangan diantara dua kutub berbeda.

Bangkit dan bergerak menapaki jalan puisi mengurai kepekaan jiwa sambil.menyimak pertobatan nasuha.

Perjalanan penuh liku luka semesta berpagar niat berbagi kata sembari meratapi jati diri.

Palangkaraya, 26 Juli 2022

Penyair Senja Rosyidi Aryadi, kelahiran Banjarmasin, 22 Juli. Sejak Tahun 1980 berkesenian khususnya sastra dari Banjarbaru, Banjarmasin Kalimantan Selatan, Palangkaraya Kalimantan Tengah. Penerima Lencana Anugrah 30 Tahun Kesetiaan SetyaSastra Nagari Tahun 2021 dari Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia, asal Palangkaraya Kalimantan Tengah.

Beberapa puisi tergabung dalam beberapa kumpulan puisi baik di daerah maupun luar daerah. Tinggal di Jl Temenggung Tilung Menteng 17 No 35 RT 02 RW 08 Kel Menteng Kec Jekan Raya, Palangkaraya 73112 Kalimantan Tengah Wa 081344605006

Label:

Ulasan Puisi 100 Chairil Anwar Masa Kini (1): Wawan Hamzah Arfan

 Ulasan Puisi 100 Chairil Anwar Masa Kini (1):

Bagaimana seorang penyair menatap hidup dirinya dan pembandingan dengan Chairil Anwar dipadu situasi masa kini diketengahkan oleh Wawan Hamzah Arfan, penyair kawakan yang menetap di Cirebon ini. Judulnya ditujukan kepada Chairil Anwar. Ia nyatakan bahwa di masa ini gejolak Chairil tak perlu diungkapkan baginya hidup tak perlu ngoyo dan tetap menjalani dengan kemampuannya yang ia pasrahkan Kepada Allah. Agaknya Wawan Hamzah Arfan sengaja memberikan suri tauladan kepada yang muda bahwa hidup perlu dihayati. Dalam bait terkhirnya ketara bahwa ia menyadari tantangan dalam hidup ini. (Rg Bagus Warsono)

KEPADA CHAIRIL ANWAR 

: Wawan Hamzah Arfan 

kau bilang dirimu binatang jalang 

aku hanya tumbuhan ilalang 

hidup liar dalam kubangan

tanah tak bertuan 

aku  tak perlu berlari 

mengejar hidup hari ini 

imajiku masih punya sensasi

tak peduli jiwaku lapar 

jantungku berdebar

rasaku bergetar samar-samar 

aku tetap tegar

baca puisi tanpa mimbar

sesuka hatiku sesumbar 

sebatas usiaku yang tersisa 

kumau hidup penuh warna 

di antara ambisi

spekulasi 

manipulasi 

dan tragedi alam tanpa prediksi

Cirebon, 26 Juli 2022 

Biodata



Wawan Hamzah Arfan, lahir di Cirebon, 8 Juni 1963. Karya-karyanya berupa puisi, cerpen, artikel, dan esai tersebar di berbagai media, baik terbitan ibu kota maupun daerah. 

Beberapa puisinya terhimpun dalam Antologi Puisi Mega Mendung (1989), Kebangkitan Nusantara I (1994), Kebangkitan Nusantara II (1995), Kebangkitan Nusantara III (1996), Antologi Puisi HP3N " Nuansa Tata warna Batin" (2002). Puisi Menolak Korupsi (2013), Cinta Mengubah Segalanya (2013),  Antologi Puisi & Apresiasi "Mendekap Langit" (2013)., Antologi Parsel ( Maret 2021), Merenda Hati (April 2021), Antologi ASU (2021),  Antologi Tadarus Puisi (2021), Puisi Menolak Korupsi 8 (Juli 2021), Antologi Puisi Tunggal "Perjalanan Berkarat* (Juli 2021), Antologi Puisi T (2021), Antologi Tembang Puisi Bagi Jumari (2021) ,Antologi Jejak Puisi Digital.(2021), Antologi Pujangga Facebook Indonesia (2022), Kumpulan Puisi Menanti Isyarat,  Antologi Puisi 

Dunia: Suara Penyair Mencatat Ingatan,  Antologi Puisi Imlek dan Kasih Sayang: Lampion Merah Dadu (Maret 2022). Kumpulan Puisi Menanti Isyarat (2022), dan Antologi Puisi Minyak Goreng (2022).

Label:

Ulasan Puisi 100 Chairil Anwar Masa Kini (2): Joko Kahhar

 Ulasan Puisi 100 Chairil Anwar Masa Kini (2):

Bagaimana seorang penyair menoreh tintanya dalam waktu singkat adalah Joko Kahhar, penyair senior Indonesia asal Yogyakarya ini. Tentu tentang Chairil Anwar. Ia katakan bahwa puisi yang kuat akan ditemukan dalam kertas usang yang berlubang. Artinya akan ada orang lain yang membaca bahwa puisi kita itu hidup walau kadang terlantar atau terbuang. Hidup puisi itu puisilah yang membawanya. (Rg Bagus Warsono)

Joko Kahhar

KUINGAT SEBUAH NAMA

Di lipatan kertas usang sebagian robek dan berlubang/

Kubaca larik-larik kalimat bersajak/

.....

Aku sekarang api aku sekarang laut/

Bung Karno! Kau dan aku satu zat satu urat/

Di zatmu di zatku kapal-kapal kita berlayar/

Di uratmu di uratku kapal-kapal kita bertolak & berlabuh/

(1948)

Lalu kuingat sebuah nama: Chairil Anwar/

Binatang jalang dari kumpulannya terbuang//

Yogyakarta, 26 Juli 2022



Joko Sulistyo Kahhar, nama panggilan, Joko Kahhar. Lahir di Banyuwangi Jawa Timur, 11 Februari 1955. Setelah lulus SMA, melanjutkan kuliah di fakultas Tehnik Perminyakan UPN Veteran, Yogyakarta 1975. Menulis puisi sejak SMA dan  aktif dalam "Blambangan Sastra Club" (BSC) yang setiap minggu mengisi acara sastra dan puisi di radio "Blambangan" milik pemda Banyuwangi. Sempat membuat para pengasuh rubrik sastra dan puisi di radio tersebut berurusan dengan polisi, karena puisi karyanya, "Bising Aku" yang dibacakan dalam acara tersebut, dianggap melecehkan, kalau sekarang, disebut penistaan terhadap agama, ulama, dan menghina pemerintah (orde baru). 

"Di Ambang Senja Kami Masih Ingin Mendayung," adalah antologi puisinya berdua Raden Mas Ridarmanto, diterbitkan Jejak Publisher (2018).

Pada era majalah sastra Horison, edisi lama (Sapardi Djoko Damono) dua cerpennya , "Yulia" dan "Sayang Cinta itu Begitu Runyam," pernah dimuat majalah sastra tersebut. Konon dengan pertimbangan oleh Sapardi Djoko Damono bahwa penulisnya dianggap berpeluang untuk "ng-edan" ("gila"). Di samping dunia sastra dan puisi, juga aktif di dunia seni rupa. Sempat ikut berperan dan menjadi salah seorang eksponen dalam  gerakan seni Kepribadian Apa, Pipa (1977-78) di Yogyakarta, dan lahirnya "Himpunan Pelukis Surabaya" Hipbaya (1990-an) di Surabaya.

Belakangan aktif di dunia penerbitan buku sebagai penulis, penerjemah dan konsultan disain cover freelance. Di samping sebagai pemerhati seni, budaya, sejarah agama dan Yahudi. Demikian sebatas yang saya ingat. Ars longa vita brevis!

Label:

Ulasan Puisi 100 Chairil Anwar Masa Kini (3), Anisah Effendi

 Ulasan Puisi 100 Chairil Anwar Masa Kini (3)

Mari kita lihat puisi Anisah Effendi, penyair Cirebon yang aktif namun nyaris tak terlihat wajahnya.  Sebetulnya sisi yang diambil cukup indah. Ada mengungkapkan manfaat puisi dan juga tentang puisi Chairil Anwar. Baitnya yang terakhir tampak memberi kesimpulan bahwa dengan puisi memiliki semangat hidup. Sayang Anisah kurang melebar serta kosa kata yang minim sehingga puisi ini pendek. Namun demikian puisi adalah puisi apa pun yang ditulis bagi seorang penyair memiliki maksud tersendiri oleh penyairnya. (Rg Bagus Warsono) 

Anisah Effendi

DENGAN PUISI

(Mengenang Chairil Anwar)

Cinta dan doa kau lantunkan dengan puisi

Amarah dan kecewa kau tumpahkan dengan puisi

Sunyi dan sepi kau lukis dengan puisi

Luka dan duka kau bawa berlari dengan puisi

Dengan puisi pula

Kau menjaga jiwa dan menjaga Indonesia

Darimu aku temukan

Semangat hidup

Seribu tahun lagi

Cirebon, 26 Juli 2022

Anisah Effendi Guru dan penikmat sastra. Menyukai sunyi dan keheningan. Senang membaca dan menulis.

Label:

Sabtu, 30 Juli 2022

Ulasan Puisi 100 Chairil Anwar Masa Kini (4) Bambang Widiatmoko

 Bambang Widiatmoko adalah sastrawan akademika yang tak asing lagi di Indonesia sejak tahun 1980-an. Kali ini memberikan puisinya yang sangat apik yaitu sebuah percakapan ruang batin. Adalah gaya Bambang Widiatmoko dalam puisi imajenernya dengan Chairil Anwar. Tampak puisi ini memberikan nuansa gambaran Chairil di saat masa-masa perjuangan dulu. Pemuda kurus kerempeng yang meyakinkan bahwa Chairil seorang pejuang meski hanya dengan aksara. Dalam puisi itu pula Chairil berkata aku kumbang aku kembang, sebuah baris yang memiliki makna tersirat. Baris baris metafora puisi Bambang memang luar biasa. Pada ia memandang gambar-gambar baliho yang kini terpasang sepanjang jalan Cikini Raya dan pada saat itu pula bayangan Chairil menghilang seakan dia berkata bahwa "Taman punya kita berdua", yang artinya tidak saja pada diri penulisnya (Bambang Widiatmoko)m tetapi juga siapa saja yang membacanya. Jempol untuk Mas Bambang Widiatmoko . (Rg Bagus Warsono)

Bambang Widiatmoko

PERCAKAPAN RUANG BATIN

Dalam pertemuan yang tak perlu dicari tanggal dan tempatnya

Namun telah menjadi napas dalam jiwa bersama

Kita selalu bercakap dalam ruang batin

Tentang semangat yang tak pernah padam

Dan sambil menepuk dada ramping menonjol tulang

Engkau berseru “Aku ingin hidup seribu tahun lagi.”

Kita tentu tak peduli semesta tertawa

Membaca hidup yang dipenuhi metafora

Tapi aku selalu suka, karena itu semangat yang kita miliki

Dan tetap terjaga di sudut jiwa

Seperti saat bertempur tapi tak membawa senjata

“antara Krawang – Bekasi”

Namun engkau tetap memiliki dan meyakini

“Berselempang semangat yang tidak bisa mati.”

Atau kita akan menjadi bagian dari takdir

“Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu.”

Kita memang sesama pejalan malam

Menyusuri sudut-sudut jalan dan berhenti di persimpangan

Mencari kata-kata yang terbang bersama kelelawar

Lalu dalam percakapan ruang batin engkau berkata

“Kau kembang, aku kumbang

“Aku kumbang, kau kembang.”

Entahlah, telah memasuki perjalanan usia seabad

Sajak-sajakmu tetap mengikat kuat

Lalu sambil terbata-bata engkau berucap

“Hidup hanya menunda kekalahan.”

Di persimpangan jalan kita berpisah

Namun dalam percakapan ruang batin terasa menjelma

Sajak-sajakmu tertulis di baliho sepanjang jalan Cikini Raya

Dan ketika aku memasuki halaman Taman Ismail Marzuki

Mulutku tercekat, kulihat bayangan tubuhmu sekelebat lewat

Ah, benarkah? “Taman punya kita berdua.”

2022




Bambang Widiatmoko, penyair berasal dari Yogyakarta. Kumpulan puisinya al. Mubeng

Beteng (2020); Kirab (2021). Sajaknya tergabung dalam puluhan antologi bersama al. 

Kartini Menurut Saya (2021); Kebaya Bordir untuk Umayah (2021); Mata Air – Air

Mata (2021); Manuskrip Bintoro (2021); Luka Manakarra (2022); Tarian Laut (2022).,

Wasiat Botinglagi (2022). Ikut menulis esai di buku al. Nyanyi Sunyi Tradisi Lisan (ATL,

2021); Esai dan Kritik Sastra NTT (KKK, 2021); Mencecap Tanda Mendedah Makna (FIB

UI, 2021); Sastra, Pariwisata, Lokalitas (HISKI Bali, 2021); Antologi Kritik Sastra dan Esai

(KKK. 2021). Kumpulan esainya Jalan Cahaya (KKK, 2022).

Label:

Ulasan Puisi 100 Chairil Anwar Masa Kini (5) Erndra Achaer

 Kutemukan puisi dari banyak puisi-puisi 100 Chairil Anwar Masa Kini yang menarik. Kali ini adalah Erndra Achaer perempuan penyair asal Banjarnegara.  Judulnya sangat menarik dan memiliki magnet untuk dibaca. Seseorang dalam perjalanan hidupnya memiliki cerita sendiri-sendiri. Bagaimana membagi cerita diri agar dinikmati orang lain melalui puisi.Pilihan judul  Aku Seperti Bukan Aku memberi kesan bahwa penyair ini sudah sudah pandai memberi nama judul. Bait pembuka dan kedua memberi kisah diri. Yang mengundang pembaca untuk membaca seterusnya. Sayang sekali  Erndra Achaer menepis cerita diri dengan mengalihkan alur puisinya pada bait 

//.../Lihatlah

Ada banyak cerita

Tentang bocah-bocah malang

Tercekam ancaman

Tak sedikit impian pupus

Dicekal bius nafsu/..// . Namun pada bait penutupnya kembali bercerita diri. Sungguh pun demikian puisi ini tetap menawan untuk dibaca. (Rg Bagus Warsono)

Erndra Achaer

AKU SEPERTI BUKAN AKU

Apakah hanya luka

Terus dibawa-bawa

Tidakkah ada sepercik saja

Harapan gembira

Sekilas nampak jelas

Untaian manis rupa

Apakah hanya pemulas

Di dalam hati culas

Lihatlah

Ada banyak cerita terlupa

Padahal ia ada dekat kita

Koar-koar pangkas maksiat

Sedang mata terus berkhianat

Tidakkah terdengar

Kabar miris tersiar

Hijab tubuh diagungkan

Hijab hati terabaikan

Lihatlah

Ada banyak cerita

Tentang bocah-bocah malang

Tercekam ancaman

Tak sedikit impian pupus

Dicekal bius nafsu

Etika kubilang

Norma bahkan terbuang

Dogma mencerca

Cuaca berita tetap sama

Serupa dalam wajah berbeda

Jkt, 26 Juli 2022.R





Erndra Achaer (Erni Tujianah), lahir di bumi Soedirman Purbalingga pada 20 Januari. Aktif di grup Taman Inspirasi Sastra Indonesia (TISI), dan beberapa grup sastra Facebook.

Karya-karyanya termuat dalam sejumlah antologi bersama, di antaranya: Antologi T (2021), Para Penuai Makna (2021), Para Penyintas Makna (2021), Persetujuan dengan Chairil (2021), 93 Penyair Membaca Ibu (2021), Bahasa Ibu Bahasa Darahku (2022), Pujangga Facebook Indonesia (2022), Kartini dalam Puisi (2022), Kafein, Ruang, dan Kreativitas (2022), Bunga-bunga Kamboja Berguguran di Pesta (2022).


Label:

Ulasan Puisi 100 Chairil Anwar Masa Kini (6) Khalid Alrasyid

 Chairil adalah fenomena, bicara Chairiul Anwar tak ada habisnya. Bagaimana seorang penyair memandang Chairil bagaimana kedekatan dengan tokoh itu dibangun. Dalam Percakapan Malam karya Khalid Alrasyid tentang Chairil Anwar disampaikannya bahwa sosok pujangga Angkatan '45 itu menjadi pesona bagi siapa saja yang membacanya. Disampaikannya bahwa puisi-puisi Chairil begitu abadi sepanjang masa. Pada baris-baris terakhir puisi Khalid Alrasyid melihat kenyataan yang terjadi sekarang ini. 

//../lihatlah rintik-rintik yang pasrah berjatuhan

menjadi ketentuan waktu

dari isyarat yang lindap

saat kata-kata kau sembunyikan dalam gela//.

(Rg Bagus Warsono) 

Khalid Alrasyid

PERCAKAPAN MALAM

Chairil, mari kita berbincang

menyantap bahasa 

menyeduh tawa 

pada segelas rasa

dari bola matamu

lilin itu menyala

di antara rinai-rinai doa

pada tubuh yang direngkuh dingin

lihatlah rintik-rintik yang pasrah berjatuhan

menjadi ketentuan waktu

dari isyarat yang lindap

saat kata-kata kau sembunyikan dalam gelap

Surabaya, 210722



Khalid Alrasyid dengan nama panggilan "Gagak" lahir di Kota Gerbang Salam, Pamekasan bermukim di bumi Mojopahit, Mojokerto.  Seorang Serdadu Laut pecinta & penikmat sastra. Pendiri Komunitas Kopi & Diksi yang juga Executive Director Homagi International Magazine. Beberapa karya solonya, Antologi puisi Suara-Suara Gagak, Sehimpun Puisi Biji-Biji Waktu, Sehimpun Puisi & Pentigraf Lelaki Berdada Berpuisi. Dll…


Label:

Minggu, 24 Juli 2022

Chairil Anwar sebagai Pahlawan Nasional Perintis Kemerdekaan.

 Jika banyak orang mengusung hari kelahiran Chairil sebagai hari Puisi, maka Lumbung Puisi tidak begitu. Kami lebih mengharapkan Chairil Anwar sebagai Pahlawan Nasional Perintis Kemerdekaan. Tentu kami tak sekedar omong. Bukti itu adalah adanya patung Chairil Anwar di Malang. (Rg Bagus Warsono)

Sosok pemuda Chairil Anwar yang berjuang membela kemerdekaan lewat tulisan (puisi) hadir mewakili sastrawan dan membuat puisi berjudul ‘Sorga’ (25 Februari 1947) dan ‘Sajak Buat Basuki Resobowo’ (28 Februari 1947) yang kemudian diterbitkan dalam Pantja Raja, 1 April 1947; digabung dalam kumpulan puisi “Deru Campur Debu”.

Rupanya, puisi yang dibuat Chairil Anwar tersebut membuat seorang intelektual kota Malang, Achmad Hudan Dardiri yang waktu itu sebagai Penyelidik Militer Khusus kesatuan Chu Gakko kagum dan tertarik pada puisi-puisi Chairil Anwar yang lain.

Terlebih dengan syair puisi “Aku” “Biar peluru menembus kulitku, aku tetap meradang, menerjang…” yang dianggap dapat menjadi penyemangat perjuangan untuk mempertahankan kemerdekaan.



Label:

Rabu, 20 Juli 2022

PLEMBUNGAN, Marlin Dinamikanto

 


Marlin Dinamikanto:

PLEMBUNGAN

plembungan itu bergembira

tubuhnya membesar

dia tidak tahu ada yang menyebul

jumawa terbang

naik ke angkasa

mengintip orang indehoy

penghuni apartemen yang lupa

menutup korden

plembungan itu lelah

tubuhnya mengecil

jatuh di ujung selang nitrogen

merasa jadi Dewa yang kesasar

dikiranya tukang balon itu

derajatnya abdi dalem

maka dia turunkan executive order

seperti Presiden Amerika

ingin disebul lebih besar lagi

supaya semua orang tahu

tubuhnya bisa dilihat

hingga ujung dunia

tukang balon itu kesal

diglenggengnya kran nitrogen

plembungan itu njedot

dunia tertawa membulinya

sudah itu mereka lupa

plembungan itu pernah ada

Bogor, 17 Juli 2021

Label:

Senin, 18 Juli 2022

Tak perlu diharap banyak

 Sastra itu seni dan orangnya seniman. Tak perlu diharap banyak. Karena tak ada 'beras tak ada' rokok di sana. Bagi yang sudah tahu, tentu faham betul bahwa di sastra itu seperti kita memelihara perkutut. Ya seperti menyukai batu akik, menyukai barang antik. Kesukaan itu tetap dipelihara  dan kita tak meninggalkan mencari penghidupan di dunia ini. Kadang sastra menuntut waktu dan uang, kadang memberi kepuasan dan berkah rezeki kehormatan kita. Dimikian pelajaran yang diberikan.


Pertemuan Penyair Tiga di Teras Kedaulatan Rakyat Yogyakarta, Arifin Brandan , Rg Bagus Warsono dan A 'Syam Chandra

 Yogyakarta itu misteri, milik penyair siapa saja dan kota metropolitan yang semakin ramai meluas. Yang misalkan penjual gudeg agar tak saling berdekatan seperti penyair. Ternyata banyak sisi untuk melihat dunia penyair. Bahwa banyak yang terlewatkan disebut, karena banyak sekali penyair yang sengaja menyendiri untuk tidak disebut.

Ada obrolan yg menarik dalam pertemuan penyair '80-an Dadakan di teras Kedaulatan Rakyat Yogyakarta bersama Arifin Brandan  semakin hangat akan kehadiran Mas A' Syam Candra, penyair Yogyakarta yang baru baru ini antologinya di louching dan dibedah di UGM oleh Kritikus Sastra Indonesia DR Faruk yaitu antologi yg mengesankan kritikus itu  yang berjudul Blasblusblas.

Meski kami hanya Bertiga, obrolan semakin asyik dari penyair Arifin Brandan yang bercerita masa mudanya adalah seorang sutradara dan pengasuh grup drama di Yogyakarta tahun 80-an. inilah yg membuat jatuh hati penyiar TVRI Yogyakarta pada penyair ganteng ini yg akhirnya hidup bersama hingga kini.

Arifin Brandan berpesan bahwa selama ini ada kekeliruan penyelenggaraan kegiatan sastra dimana pun termasuk Lumbung Puisi yaitu hanya "kumpulan orang-orang tua" dan tidak melibatkan anak muda/remaja yang sebetulnya penerus perjalanan sastra bangsa ini agar tak terputus.

ak kalah dengan Arifin Brandan, Mas A 'Syam Candra juga mengeluarkan statemennya kepada dirinya dan juga penyair tua lainnya: bahwa ia sebagai penyair tua tak pantas bercita-cita ingin terkenal karena sudah bukan masanya, penyair tua cukup mengalir saja apa adanya.

Pernyataan A' Syam Candra ini sangat menarik bahwa semangat orang-orang tua memang luar biasa semangat di sastra, tetapi tak pantas orang tua memiliki aktifitas yang seharusnya dimiliki anak-anak muda.

Malam makin larut teras Kedaulatan Rakyat semakin malam semakin ramai. Kopi pun ditambah bikin baru. Obrolan berlanjut, tiba mendekati jam 23.00 pengunjung cafe grandong itu pun berangsur berganti pasangan anak-anak muda setingkat mahasiswa dan pegawai muda yang  berpacaran. Kami pun akhirnya mengalah meski tikar yang digelar memanjang itu  semakin longgar.

Pertemuan akan dilanjut suatu saat di KM 3 Jalan Magelang di rumah Mas Arifin Brandan semoga kita diberikan waktu dan kesehatan, bahwa ada banyak wasiat yg perlu segera disamoaikan dari banyak penyair sepuh untuk kita semua.