Minggu, 31 Juli 2022

Ulasan Puisi 100 Chairil Anwar Masa Kini (2): Joko Kahhar

 Ulasan Puisi 100 Chairil Anwar Masa Kini (2):

Bagaimana seorang penyair menoreh tintanya dalam waktu singkat adalah Joko Kahhar, penyair senior Indonesia asal Yogyakarya ini. Tentu tentang Chairil Anwar. Ia katakan bahwa puisi yang kuat akan ditemukan dalam kertas usang yang berlubang. Artinya akan ada orang lain yang membaca bahwa puisi kita itu hidup walau kadang terlantar atau terbuang. Hidup puisi itu puisilah yang membawanya. (Rg Bagus Warsono)

Joko Kahhar

KUINGAT SEBUAH NAMA

Di lipatan kertas usang sebagian robek dan berlubang/

Kubaca larik-larik kalimat bersajak/

.....

Aku sekarang api aku sekarang laut/

Bung Karno! Kau dan aku satu zat satu urat/

Di zatmu di zatku kapal-kapal kita berlayar/

Di uratmu di uratku kapal-kapal kita bertolak & berlabuh/

(1948)

Lalu kuingat sebuah nama: Chairil Anwar/

Binatang jalang dari kumpulannya terbuang//

Yogyakarta, 26 Juli 2022



Joko Sulistyo Kahhar, nama panggilan, Joko Kahhar. Lahir di Banyuwangi Jawa Timur, 11 Februari 1955. Setelah lulus SMA, melanjutkan kuliah di fakultas Tehnik Perminyakan UPN Veteran, Yogyakarta 1975. Menulis puisi sejak SMA dan  aktif dalam "Blambangan Sastra Club" (BSC) yang setiap minggu mengisi acara sastra dan puisi di radio "Blambangan" milik pemda Banyuwangi. Sempat membuat para pengasuh rubrik sastra dan puisi di radio tersebut berurusan dengan polisi, karena puisi karyanya, "Bising Aku" yang dibacakan dalam acara tersebut, dianggap melecehkan, kalau sekarang, disebut penistaan terhadap agama, ulama, dan menghina pemerintah (orde baru). 

"Di Ambang Senja Kami Masih Ingin Mendayung," adalah antologi puisinya berdua Raden Mas Ridarmanto, diterbitkan Jejak Publisher (2018).

Pada era majalah sastra Horison, edisi lama (Sapardi Djoko Damono) dua cerpennya , "Yulia" dan "Sayang Cinta itu Begitu Runyam," pernah dimuat majalah sastra tersebut. Konon dengan pertimbangan oleh Sapardi Djoko Damono bahwa penulisnya dianggap berpeluang untuk "ng-edan" ("gila"). Di samping dunia sastra dan puisi, juga aktif di dunia seni rupa. Sempat ikut berperan dan menjadi salah seorang eksponen dalam  gerakan seni Kepribadian Apa, Pipa (1977-78) di Yogyakarta, dan lahirnya "Himpunan Pelukis Surabaya" Hipbaya (1990-an) di Surabaya.

Belakangan aktif di dunia penerbitan buku sebagai penulis, penerjemah dan konsultan disain cover freelance. Di samping sebagai pemerhati seni, budaya, sejarah agama dan Yahudi. Demikian sebatas yang saya ingat. Ars longa vita brevis!

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda