Postingan

Menampilkan postingan dengan label puisi

Terjebak Hujan Tidur di Rumah Janda

Gambar
 Terjebak Hujan Tidur di Rumah Janda Semakin dingin kenapa semakin dag dig dug Hujan kulihat di kaca jendela dari dalam rumah janda, gelisahku bercapur harap tawaran menginap janda manis kunanti harap guntur menggelegar rokok disulut sekedar hambar tiada kata sepi berpandangan Kutatap langit kamar tamu  dan lampu 20watt  yang remang oleh cat tembok ungu Ketika jandaku menyuguhkan kopi panas untuk yang kedua tampak jalan sepi nyenyap hanya gemericik di genangan jalan berlubang Mas, kau boleh tidur di kursi ....... hah.... aku boleh menginap?                                    (Rg Bagus Warsono). pictur: Lukisan Modigliani 1917

Salera, karya Rg Bagus Warsono

Gambar
 Salera Salera adalah namamu sekarang tetap Salera Kau tak pernah tua Dengan pahamu yang tak pernah keriput Dan payudaramu yang tak peot Tubuhmu Salera mahal Muda aku merindu Aku tua kau tetap Salera Hidup menelan ludah Dunia cuma lamunan Kau tak pernah tahu Salera Ada laki-laki diantara paha dan payudaramu (rg bagus warsono)  picture: Lukisan Modigliani tahun 1917.

Pagi Yang tak ada di buku sejarah , Zaeni Boli

 Pagi Yang tak ada di buku sejarah  Seperti  suara tangis bayi yang resah saat dimandikan ibunya , anak perempuan  yang manja pada ayahnya .  Kehidupan  di bawah langit yang mendung  Tak semendung nasib para gelandang  yang terbiasa bermukim dibawah jembatan  saat air  meluap di kali Bekasi . Cerita ini mungkin  tak ada dalam puisi puisi para Penyair kota yang masih mencari diksi mencari tenar mencari  indah mencari pengakuan  .  Jalan di kampung  kami masih becek jika hujan turun , sepatu kami masih penuh dengan tanah .  Jalan yang kemarin baru selesai  dibuat kini larut bersama hujan yang turun tak seberapa  .  Ini tidak seperti  doorprize yang kau rayakan di Taman Kota,  ini tentang  nasib yang panjang selama 5 tahun berjalan .  Di sini tak ada suara dari stasiun  kereta  tempat orang orang berkejaran  sampai sendal tertinggal , perjalanan  yang melel...

BIBIRMU, IJAH! Sulistyo

 BIBIRMU,  IJAH!  Tok tok tok! selamat pagi, Ijah! lekas buka pintu rumahmu  semalam bibirmu tertinggal dalam mimpiku  terselip di sela-sela gigiku  kau memang keterlaluan, bergegas berlari saat kukuruyuk ayam jantan bernyanyi  mimpi belum tuntas benar  "takut keburu ketahuan majikan," katamu  seperti dikejar setan kau ngacir tungganglanggang melompat tanpa sehelaipun benang  Sebelum kuantar ke sini  bibirmu kucelupkan dulu di gelas kopi  agar bau pete dan jengkol tak mengundang pagi ikut mencicipi bibirmu yang tebal dan buntal  Tok tok tok! Lekas buka pintu, Jah! aku tak tahan melihat bibirmu meronta-ronta dalam kantung celana kolorku  Mulya Asri,  16.10.2022

Malala Yousafzay, (Rg Bagus Warsono,29-08-13)

Gambar
 Malala Yousafzay Gadis belia pemberani Seperti Kartini Anak-anak perempuan bersekolah Tidak minta gaji sepertimu yang baru bisa mengajar Malu aku melihat Malala Gadis pemberani Melawan diskriminasi perempuan tak boleh sekolah Perjuangan melawan kebodohan, penindasan Kesewenang-wensngan Dibayar dengan kepalanya Ditembak Tetapi Allah menyelamatkan Malala guru lima belas tahun. (Rg Bagus Warsono,29-08-13)  Malala Yousafzay

Malala Yousafzay, oleh Rg Bagus Warsono

Gambar
 Brave young girl Like Kartini Girls go to school Don't ask for a salary like you who can only teach Shame I see Malala Brave girl Fighting discrimination, women can't go to school The struggle against ignorance, oppression arbitrariness Paid with his head Shot But God saves Malala is a fifteen year old teacher. (Rg Bagus Warsono, 29-08-13) Malala Yousafzay

PLEMBUNGAN, Marlin Dinamikanto

Gambar
  Marlin Dinamikanto: PLEMBUNGAN plembungan itu bergembira tubuhnya membesar dia tidak tahu ada yang menyebul jumawa terbang naik ke angkasa mengintip orang indehoy penghuni apartemen yang lupa menutup korden plembungan itu lelah tubuhnya mengecil jatuh di ujung selang nitrogen merasa jadi Dewa yang kesasar dikiranya tukang balon itu derajatnya abdi dalem maka dia turunkan executive order seperti Presiden Amerika ingin disebul lebih besar lagi supaya semua orang tahu tubuhnya bisa dilihat hingga ujung dunia tukang balon itu kesal diglenggengnya kran nitrogen plembungan itu njedot dunia tertawa membulinya sudah itu mereka lupa plembungan itu pernah ada Bogor, 17 Juli 2021

Lita Miranita, PENYAIR SOSMED

 PENYAIR SOSMED Aku tulis banyak puisi Aku tertawa sendiri Puisiku aneh Puisiku asal jadi Aku lelah Selalu ditandai like Kenapa harus like? Kenapa tidak kasih comment? Aku Penyair Sosmed Tidak berani tampil di panggung Jalanku merayap Mirip cicak Pasti pada mencela Ah.. biarlah Aku merasa nyaman bersyair di Sosmed Sudah banyak Sertifikat Sudah banyak Name Art Semua bagus Tidak ada yang salah Sempurna Aku Penyair Sosmed Berkelana di dunia maya Entah mencari siapa Mencari teman Mencari musuh Rancu Sekarang aku pilih diam Puisi aku susun rapi Puisi akan aku cetak rapi Puisi aku beri foto diri Puisi milik aku pribadi Sudah ah Aku lelah Jakarta, 28 Juni 2022 Lita Miranita

Achmad Masih, SANGKAN PARANING DUMADI

 SANGKAN PARANING DUMADI Achmad Masih . perjalanan sukma payung kencana kereta berkuda empat warna . dari awal menuju awal putaran tiada berakhir tanpa  siang, malam semua wajah sama . empat warna watak berpacu berebut kuasa saling  menghela  kereta dikendali sais yang berhak . perjalanan akhir kearah dari mana hadir kutaran abadi cakramanggilingan _ ®Jogja 2021

Tp M Siddiq. RUMPUN PAPA

tpmsiddiq_  RUMPUN PAPA Bila menyimak riwayat mereka miliki kerabat petinggi Hanya nanar terganga kian merasa rendah diri Sejak semula sadari bermuasal dari bani papa Bukan terlahir dari rahim puteri kerani diraja Pun tidak mewarisi garis bersisian kaum bertakhta Tumbuh menjalar serupa dari rumpun bersahaja Bila ditebas kan tercincang berkecai seketika Takdir sulur hanya mahir menjulur tak menjulang Bila lekat batang pun merunduk, segan menantang Bukan melipur, semata ikhlas rayapi bidang terbentang Kepri, 27 Juni 2022

Teguh Susanta. SUDAHLAH, TUAN

 Teguh Susanta SUDAHLAH, TUAN Gerangan apa lagi yang tuan cari Segalanya telah tuan miliki Bicara raupan harta Tujuh turunan tak 'kan merana Tentang cakupan ladang pencetak uang Terentang membentang segala bidang Di antara ribuan raga patuh  peluh bersimbah Jua cairan otak encer membuncah Menggapai perseroan tuan kian besar dan tinggi Pada kursi tertinggi tuan pegang kendali  Nama besar tuan semakin bersinar  Bendera tuan pun gagah berkibar Kini bendera baru tuan tancapkan seantero negeri  Serupa kendaraan berpacu melaju Mimpi kursi kemudi arah negeri Hymne berkoar berkumandang setiap waktu Dihiasi budi peduli merayu-rayu  Pada layar-layar luas tersiar tuan miliki Sudahlah, tuan.... Jangan mencoba-coba Buat saja tersenyum mereka Yang patuh bersimpuh peluh meluruh Di bawah gagah kibar bendera perseroan tuan Dan bukan kibar bendera kendaraan baru tuan Biarkan kursi kendali arah negeri diduduki ahlinya Bangsawan yang benar faham tata negara Yang bersongkok akh...

Kang Asep KUDA

 Kang Asep  KUDA Pecut melecut Tengkuk melepuh Waktu memburu Dengus menderu Laju ..laju...laju...! Abaikan jejak tertimbun debu Laju... laju...laju...! Menyisir takdir menyambut maut Laju... laju... laju...! Jangan memekik karena sakit Percuma takkan terdengar Atau bahkan tak pernah didengar Sebab cucuran peluhmu yang membuat kagum Dan tetesan darah adalah gempita sorak mereka

Door Deo, Kita pernah bersatu

 Door Deo Kita pernah bersatu pada mulanya kita berjalan bersama mencari sebuah arti yang hakiki gaung perjalanan menggema dalam sanubari gaung perjalanan menggema jadi pribadi banyak yang dilihat banyak yang didengar di atas bumi di bawah langit kembali biduk berayun laju atas samudra kehidupan bila waktu mengajak berhenti entah kapan tak kita tahu : begitu sayangnya waktumu waktuku waktu kita berpaling : waktu Tuhan sang penentu kukenang rasa syukur kukenang rasa geram kukenang rasa sayang kukenang dalam diam kusimpan di hati dalam kedamaian dalam.cahaya yang menyala mengiring perjalananmu :selamat jalan sodaraku aku berduka rumah bluesku aku kehilangan

Sulistyo, HUJAN MINGGU SORE

 Sulistyo, HUJAN MINGGU SORE  Sore ini hujan  payungku dipinjam belum dikembalikan kuyup seluruh badan percuma lari lintang pukang  hujan sangat geram mengejar  kakiku oleng terjerembab masuk selokan depan rumah pacar  Ah, bulan setengah bundar  andai kau tak pinjam payungku tadi malam kangenku pasti aman tak kebasahan  Aku pulang balik badan  tak jadi ngapelin pacar tersayang yang sudah menunggu tanpa kutang  ☔ 26.06.2022

Satria Rizal: CINTA SATU MALAM

 Satria Rizal: CINTA SATU MALAM petikan dawai merdu mendayu melodi paling indah di malam penuh bunga seketika irama berganti hingar bingar menghentak rasa liukan erotik bangkitkan gairah beberapa jenak kemudian ada jeritan manja melenting di kamar Aduh.......!  rasa membuai ke ujung-ujung ragawi memetik bintang, cumbui rembulan lenguhan kecil panjang pendek di antara helaan napas yang saling berpacu dahulu mendahului duhai..  hasrat yang menggelora jiwa meronta-ronta raga melenguh batin mengeluh Selanjutnya..  bumi hitam jelaga bintang dan rembulan hilang di gulung awan jiwa-jiwa sepi di kungkung malam kemudian lemas terkulai diam.. bagai nyala api yang padam Bumi Raflesia, 26 Juni 2022

Rg Bagus Warsono" Aku Menyaksikan

Gambar
 Rg Bagus Warsono, Aku Menyaksikan Potret perjuangan Dari buku yang kau tulis Dari foto yang kau kumpulkan Dan film yang kau putar Hanya sekuku ireng penderitaan Aku melihat ribuan kepala berlinang air mata Aku melihat darah membeku di mayat beku Aku menyaksikan derita kesakitan menyayat Sengsara Lapar Ketakutan Kesakitan Aku menyaksikan. Rg Bagus Warsono, 1996 dari Si Bung

Rg Bagus Warsono: Malu Pada Bapak

Gambar
 Rg Bagus Warsono, Malu Pada Bapak Renung malam di ruang Reka kita orang selamat akan pergantian zaman Junjung tinggi siapa berkibar Ganti baju mana pantas dalam gedung kokoh Mulut puji-puji asalkan tercukupi Peduli apa sapaan hati Lupa mengabdi Tugas kita mereka diam, tapi Malu teringat bapak Bahwa kita rakyat yang dikontrak. Indramayu, 14 Oktober 2000

Rg Bagus Warsono: Hamangkubowono IX dan Aku

Gambar
 Rg Bagus Warsono,  Hamangkubowono IX dan Aku Hamangkubuwono IX dan Aku bertemu dalam waskita alam masa depan. Menjadi sahabat dalam cita-cita pribumi nusantara raja yang tersisa menyembunyikan waris tahta berpakaian gerilya, tentara kita atau ala perintis merdeka Hamangkubuwono IX dan aku bertemu dalam bilik kamar markas gerilnya Pistol kecil dipinggangnya Tanpa keris nagarunting Tampa tobak gagak rimang Yang menggerigisi Aku mendepa memberi salam Waris Sutawijaya Majapahit, Demak , Pajang lalu Mataram Kau senopati perangku Hamangkubuwono IX dan aku bertemu di meja tuan-tuan Jangan memberi hormat padaku tuan Anak desa putra awam jelata Dan aku berebut salam Katanya, Sejak zaman Demak, waris tak pernah sampai Aku waris bukan pewaris. Rg Bagus Warsono 1995 Puisi ini ditulis dalam imajener Rg Bagus Wasono: Menceritakan persahabatan Si Bung dan Hamangkubuwono IX. Raja itu sangat rendah hati, kedudukannya yang tinggi dalam budaya Jawa tak pernah ia hiraukan. Istananya ia persilahk...

Rg Bagus Warsono: Si Bung Menangis

Gambar
 Rg Bagus Warsono Si Bung Menangis Mari buka buku sejarahmu dengan penggaris dan pena menekan kata duhai kesuma haruskah belajar mengeja sedang umurmu tlah dewasa Tersenyum Si Bung memandang anak-anak bangsa betanyalah ! mengapa aku pilih kaca mata hitam agar aku tak melihat agar kau tak melihat Di sana Si Bung membuka kaca mata air mata membatu dalam sapu tangan Merah putih kenapa tidurku tak dapat nyenyak duhai kesuma selimuti aku dengan merah putihmu Indramayu, 21 Maret 2001

Rg Bagus Warsono: Aku Tak Menitipkan Anak-Anakku

Gambar
 Rg Bagus Warsono, Aku Tak Menitipkan Anak-Anakku Kecil Aku ajari membidik burung gelatik Untuk makan sore Dan kau bisa memanah ikan dalam air Tak berlari bertemu sanca Tarik ekornya selagi kekenyangan Dan benturkan kepalanya di batu Aku ajari kau merayu Macan lapar Dengan tombak runcing bambu Lalu sejak kecil mengerti Memisahkan gabah dan beras dari butir padi Kau dapat membawa diri Membangun jiwamu sendiri Dengan tiada tangis Kau putra sejati. Rg. Bagus Warsono, 1996 dari Si Bung