7. Dialektika Cinta

 Dialektika Cinta


   Cinta adalah puja-puja , pria atau sebaliknya. Cerita-cerita cinta memang segudang buku dari seribu pujangga seakan tiada habisnya digali dari sumur yang kering sekalipun. Puja-puja adalah hal yang wajar dari pemilik cinta. Tetapi kadang nyaris tiada diabai karena tidak mendapat kesamaan pandang.


   Puisi-puisi itu seakan warna dari sejenis yang diungkapkan berbeda namun tetap memiliki kekhasan dari penyair ini. Dia potret semua perilaku perempuan dengan kekaguman dari kodratnya yang lemah namun tangguh dan slalu menjadi pelajaran bagi perempuan dan cermin bagi laki-laki.


   Puisi ini seperi rindu yang tercecer namun sangat apik kemasannya. Penyair yang memiliki kepiawaian olah pilihan kata. Sehingga rindu yang tercecer itu mampu dijadikan sebuah syair tersendiri yang mampu mengajak dialektika pada pembacanya.


   Bicara cinta tanyalah pada Ratna Ayu Budhiarti, penyair yang dapat memberi rasa cinta dengan segala problema yang ada:

Berikut karya penyair cantik ini :

Ratna Ayu Budhiarti dalam :


Matilah Kau di Dadaku

Ratna Ayu Budhiarti


matilah kau!

oleh kerinduan yang kuoleskan pada pisau

yang bersarang di dadamu

matilah kau!

oleh kehangatan yang terlambat kau tambat

tanpa sempat menuju dermaga

tempat kita bermain-main dan bertukar kisah

sambil mengulum manis kembang gula bersamaan

matilah kau!

di sudut kerling pecintamu yang kau sembunyikan

pada jarak yang berabad

matilah kau!

ditikam sepi dan rindu berkali-kali.

2012


 (Rg Bagus Warsono,Kurator sastra di HMGM)










Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tiba di Dermagamu, Rg Bagus Warsono

Terjebak Hujan Tidur di Rumah Janda