Minggu, 04 Desember 2022

Sastratama


 Sastratama

Perkembangan minat masyarakat sebagai sastrawan di tahun-tahun pasca reformasi hingga tahun 2010 demikian pesat. Ribuan karya sastra berupa puisi dalam bentuk buku telah terlahir di tahun-tahun ini. Perkembangan sastra modern ini diwarnai oleh gelombang kebebasan yang ditandai masuknya era informasi digital yang banyak memberi perubahan dan kemudahan masyarakat untuk bisa mengutarakan pendapatnya melalui bentuk karya tulis seluas-luasnya. Khusus puisi sebagai bagian jenis sastra yang mudah diikuti, dibaca dan dipelajari serta dicipta menjadi pilihan terbesar masyarakat pecinta sastra Indonesia.

Dari ratusan ribu puisi atau ribuan buku puisi (antologi) itu tentu terdapat banyak karya unggul yang pernah populair dan terjaga kepopulairannya. Disinilah kita memulai melihat bahwa pendokumentasian pun semakin dibutuhkan agar sejarah sastra Indonesia memiliki tanggung jawab pada generasi mendatang. Namun tentu saja ribuan karya buku puisi itu demikian tersebar dan tampak tak ada sempurna untuk mendokumentasikannya.

Bukan tidak mungkin dalam karya karya yang tersebar itu terdapat karya yang agung dan patut dijaga kelestariannya. Namun siapa yang peduli dengan ini semua. Bahasa Indonesia sebagai ibu sastra pun yang merupakan kewajiban pemerintah republik ini tidak berbuat apa-apa kecuali oleh insan sastrawan itu sendiri.

Berangkat dari sisi inilah Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia bersama teman-teman mencoba berbuat untuk mendokumentasikan karya terbaik agar tetap lestari.

Pendokumentasian sastra khusus puisi itu tentu membutuhkan dokumen otentik yang menjadi dasar. Sekian ribu antologi dari ratusan penerbit baik penerbit yang sudah tergolong mayor maupun yang publshing tak mungkin terkumpul dengan baik, kecuali mereka taat kepada aturan ISBN untuk mengirimkan bukunya ke perpustakaan nasional tetapi kenyataan yang ada adalah dalam betuk file sehingga kurang begitu akrab dibaca tanpa membuka bukunya.


Buku-buku puisi yang demikian banyak itu 99 prosen diterbitkan dengan cara mandiri yang kebanyakan oleh penulisnya baik perorangan dalam bentuk antologi tunggal maupun bersama sama oleh komunitas sastra dalam bentuk antologi bersama.


Karya-karya tersebut perlu untuk dipelajari apakah benar sebagaimana dikabarkan lewat berbagai media dan akun sosial itu karya yang unggul dan agung atau hanya dengung yang kemudian berganti dengan dengung-dengung lain yang menyusul kemudian.


Sebab-sebab itulah Pendokumentasian karya puisi dilakukan secara mandiri perorangan maupun oleh kelompok kelompok komunitas. Penghargaan yang tak terhingga kepada mereka yang sudi memberikan perannya sebagai perpustakaan mandiri atas kesadaran dan sumber swadaya mandiri.

Perpustakaan-perpustakaan itulah yang kemudian memberi peran minat baca pada masyarakat dan menumbuhkan minat baca sastra masyarakat sehingga karya sastra puisi mudah tersentuh oleh masyarakat. Dan tentunya peran ini patut oleh kita apresiasi.

Sastratama sebagai bentuk ucapan terima kasih itu serasa harus disampaikan pada para penggerak literasi khusus sastra. Sebutan Sastratama ini diberikan  mulai dari para penyair atau sastrawannya.



Label: