Postingan

3. Kekecewaan, Penyesalan dan Keyakinan Jiwa Kebhinnekaan

Gambar
 Kekecewaan, Penyesalan dan Keyakinan Jiwa Kebhinnekaan    Ali Syamsudin Arsi seorang penyair asal Barabai, Kab. Hulu Sungai Tengah, Prov. Kalimantan Selatan seakan mebuka antologi ini dengan kekhawatiran terhadap negeri dengan terlulis lewat  “Daun-daun di Jendela Perpustakaan Gerimis”   //… -ada libasan bayang-bayang ketika orang-orang berduyun di belakang berebut saling mencengkeram denga jari-jari tajam – kami hilang catatan – negeri ini semakin menuju arah ke curam-curam ketika tebing dengan setia menelentangkan tubuhnya atas keluh dan semua macam resahnya retak-retak embun sampai pecah-pecah cuaca,..//  (Daun-daun di Jendela Perpustakaan Gerimis) bahwa perlunya dokumentasi sejarah di masa sekarang (dibuat januari 2014) dan perlunya pengokohan fundamental anak bangsa yang tidak saja menipis tetapi juga mengkhawatirkan dan bahkan mebahayakan keselamatan bangsa.     Lalu Aloeth Pathi dari Sekarjalak-Pati meberikan pembuka jalan agar sediki...

2. Taufik Ismail Pandai Menjual Puisi

Gambar
 Taufik Ismail Pandai Menjual Puisi    Taufik Ismail pandai menjual puisi. Mari kita perhatikan puisi karya Taufik ini yang berjudul Kita Adalah Pemilik Sah Republik Ini. Judul yang tampak gagah dengan penggunaan kata-kata yang tegas 'Adalah, 'Pemilik, 'Sah dan juga penggunaan kata 'Republik pada saat 1966 itu memang lagi ngetrend.     Judul ini seakan membuat kita pernah diberi pertayaan, setidaklnya : masihkah kita diaku sebagai pemilik republik ini, atau : apakah yang punya republik ini orang-orang tertentu saja? , yuk kita simak puisinya : Kita Adalah Pemilik Sah Republik Ini Karya Taufik Ismail 1966 Tidak ada pilihan lain Kita harus Berjalan terus Karena berhenti atau mundur Berarti hancur Apakah akan kita jual keyakinan kita Dalam pengabdian tanpa harga Akan maukah kita duduk satu meja Dengan para pembunuh tahun yang lalu Dalam setiap kalimat yang berakhiran “Duli Tuanku ?” Tidak ada lagi pilihan lain Kita harus Berjalan terus Kita adalah manusia bermata s...

1. Kepiawaian Chairil dalam Mencipta

Gambar
 Kepiawaian Chairil dalam Mencipta    Demikian Chairil menjadi Prajurit Jaga Malam, Chairil tak bicara rokok atau kopi penahan kantuk, tak bicara nyamuk , kelelawar ddan embun dini hari. Chairil pandai menjadi puisi, menjadi dirinya seorang prajurit jaga malam, menusuk pikiran si penjaga malam, dan bersembunyi di hati dalam dada prajurit jaga malam. Chairil memang jempolan,berikut puisinya: Prajurit Jaga malam  karya Chairil Anwar Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu ? Pemuda-pemuda yang lincah yang tua-tua keras, bermata tajam Mimpinya kemerdekaan bintang-bintangnya kepastian ada di sisiku selama menjaga daerah mati ini Aku suka pada mereka yang berani hidup Aku suka pada mereka yang masuk menemu malam Malam yang berwangi mimpi, terlucut debu Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu! (rg bagus warsono 23-8-2015)

Apresiasi Puisi Dari Chairil Sampai Penyair Modern

Gambar
 Kumpulan Esai Rg Bagus Warsono Pengantar  Ternyata puisi itu abadi. Kapan pun dapat menikmatinya, sebagai apresiasi yang juga dapat diungkapkan, seperti dalam buku ini.  Menikmati puisi dahulu dan sekarang ternyata banyak kesamaan. Bedanya cuma pada objek puisi tersebut. Jika pada masa lalu memilih puisi indah itu hanya terdapat pada buku-buku tertentu atau sastrawan sastrawan yang menerbitkan bukunya di penerbitan nasional seperi balai Pustaka, Pustaka Jaya, Dian Rakyat dan Gramedia, kini telah banyak pusi diterbitkan di berbagai penerbitan nasional atau penerbitan dengan publishing. Ternyata keindahan puisi itu banyak jumlahnya dan semakin tak terpantau.  Seiring dengan meningkatnya jumlah penyair di Indonesia adalah bukti bahwa peminat sastra kusus puisi semakin banyak bahkan telah memasyarakat.  Penulis ketegahkan sesuatu yang menarik dan sangat perlu diapresiasi. Bahwa ada di belahan nusantara ini, di pelosok nusantara ini yang mengusung keindahan. Adan pe...

Bangganya Bembawa Sekeranjang Ikan, Rg Bagus Warsono

Gambar
 Rg Bagus Warsono Bangganya Bembawa Sekeranjang Ikan Menyeringai nelayan itu memeluk keranjang  ikan untukmu duhai istriku manis  aku buktikan dalam sekeranjang   ikan dan cinta  ikan dan rumah  ikan dan anak-anak  Tersenyum nelayan melepas ikan  dengan rokok dibibirnya  dengan sekarung beras  dengan segenggam rupiah  esok aku berangkat lagi  kau istriku berdoalah    Karangsong, Desember 2017

Nelayan Tidak Tidur, Rg Bagus Warsono

Gambar
 Rg Bagus Warsono Nelayan Tidak Tidur Sebab ikan berkerumun  seperi kawanan bangau  seperti walet sore hari   seperti pipit padi  lalu mereka tebarkan jaring   menjebak ikan dalam melawan arus   dan biarkan jaring menunggu   lalu tidur   menanti ikan   Ketika nelayan bangun  jaring terasa berat tenggelam   Ikan diangkat    Karangsong, Desember 2017

Nelayan pun Memilih Ikan, Rg Bagus Warsono

Gambar
 Rg Bagus Warsono Nelayan pun Memilih Ikan dilaut nelayan pun memilih ikan  seperti ibu di pasar  banyak tak berarti berhasil  sedikit bukan tak dapat uang  ikan dipilih dalam lautMu  ikan mahal dalam lambung kapal  tertutup parutan es pendingin  agar tetap segar  hingga pantai menanti  Pak Tua memilih ikan   dilautMu yang damai  samudra rezeki  ikan-ikan segar    Karangsong, Desember 2017