Postingan

3.Dimaz Nunug: In Crush,

 Sharing Poetry on World Poetry Day  3.Dimaz Nunug:  In Crush, In shattered. Keep smiling in the queue. I don't feel sore feet. Waiting for the mini market to open. The clock on the hand is chasing seven o'clock. And the queues are getting crazy long. At home, the frying pan is turned upside down. The oil bottle is empty. There seems to be a hole under the bottle. Seepage on the kitchen floor. In drinking rats who have been smart to choose expensive food. The clock is spinning hunting. At seven o'clock the guard slowly opened the door. Elbows nudge each other chasing the oil that has disappeared hidden by time. But apparently, oil is still not bought, lying on the shelves of tiny minimarkets. With prices tossed the wallet into the frying pan. Burned to ashes in the breasts of mothers. Kaliwungu, 2022

2.Bayu Nindyoko: About a Cup of Coffee,

 Sharing Poetry on World Poetry Day  2.Bayu Nindyoko:  About a Cup of Coffee, A cup of coffee The first sip, I want to ask "who are you making this coffee for?" Just want to always understand the beginning and the end of the day, how deep I am in my heart. The second sip, sometimes makes me stunned, how sweet this love is. The third sip and so on, after tasting the sweetness, it's normal. About a cup of coffee Is an undivided longing Pracimantoro, March 21, 2022

Sugeng Joko Utomo: THE SKY OF THIS CITY

Gambar
 Sharing Poetry on World Poetry Day 1.Sugeng Joko Utomo:  THE SKY OF THIS CITY (reminiscent of February 8, 2016) The sky of this city When I stand up straight Staring at it He smiled meaningfully : welcome, traveler The sky is cheerful too Share the graceful cloud dance Dreams tickled Thousands of sritis cheerfully fly Peaceful scented roses The bushes look beautiful The sky of this city roll out the red carpet all the way When I cross slowly The sky of this city, brother Prepare the chariot To welcome me like a king Take me where I like Enjoy the beautiful lake Enjoy the ocean waves Enjoying the mountain air Enjoy the great dance The sky of this city Whisper the passion of earthly life Sprinkle holy water that cleanses the soul Bathe me wisely Let go of all anger Washing away restless The sky of this city I was closed by it Sleep peacefully in his arms Forget about blue trouble The one that scorched the soul In this city The sky is kind and shares a smile I laughed in awe Hap...

Masih Berkutat Pamer Wajah dan Kebendaan

Gambar
 oleh : Rg Bagus Warsono Bila aku tak membaca tak tahu perkembangan pertumbuhan sastrawan baru Indonesia. Sebagai Kurator yang entah apa sebutannya karena lama menbidani Lumbung Puisi dapat memberikan penilaian bahwa pertumbuhan sastrawan idealnya adalah pertumbuhan karya baru. Tetapi grafik menunjukan lain, pelakunya yang sering ditampilkan. Kekeliruan ini adalah kurangnya kewajiban membaca dan kewajiban meluangkan waktu membaca serta kewajiban menyediakan bahan bacaan. Jika demikian mengapa justru yang ditonjolkan wajah bukan untaian kata-kata? Kemudian apakah jika media menampilkan tulisan tanpa gambar akan menarik? Jelas akan terpilih pilah di pihak pembaca. Pada saatnya nanti karya itu akan sampai pada pembaca yg tepat misalnya Kurator Sastra atau kritikus sastra yg akan memberikan respon dari bacaan yg menarik hatinya. Kapan akan mendapatkan giliran adalah kapan kita bisa menulis yg mengandung karya sastra yang agung. Sementara menanti saat yang tepat untuk penulis muda tampi...

satu per satu anakku berkurang jumlahnya karena ditelan buaya

 Tentu saja itik pandai berenang, kali ini danau yang terlalu luas jika yang berenang hanya beberapa itik, atau itik dan anak-anaknya saja.  Tak sebanding hamparan air di danau yg luas tenang.  Kenapa kau naik kedarat lagi? Bukankah di danau banyak ikan? Lalu itik berkata, satu per satu anakku berkurang jumlahnya karena ditelan buaya

Merawati May : PUISI ITU KAMU

Gambar
 Merawati May Puisi itu kamu Kutetap di sini Mencoba memahami apa itu kata hati Pelahan kurebahkan Seluruh sendi di peraduhan Sejenak kalbuku menerawang Menyeruak di antara puing-puing bimbang Merenunggi arti hadirmu Dalam hidupku Masih terbayang jelas masa itu Ketika kau menghampiri hidupku Menyentuh tiap jengkal hatiku Kau beri dan merawatnya dengan cinta Hingga hatiku seakan berbunga Kau dan aku Seakan berusaha untuk menyatu Namun sayang waktu melaju Tanpa bisa menunggu Kau pergi tinggalkan aku Namun masih kucoba telusuri lorong-lorong Dalam hati Mencoba mencari sisa guratan yang terperih Hingga kutemukan lagi Dan kucoba merajut kembali Namun sayang kau tak lagi denganku Bersamanya Kutetap di sini Mencoba menahan apa itu kata hati Dan mencoba memberi Sepengal hati walau telah kau bagi Inikah akhir dari sebuah awal? Aku denganmu dan kau dengannya Jika benar adanya, tak perlu ada maaf terucap. Bengkulu, 21 Maret 2022

Ingin Terkenal !, Sebuah Kekeliruan Tujuan Menjadi Penulis

Gambar
 Ingin Terkenal !, Sebuah Kekeliruan Tujuan Menjadi Penulis Entah sudah berapa orang mengatakan tetang aku. Baik secara langsung maupun mendengar penuturan teman. Bahwa aku tak begitu dikenal di Indramayu yang justru kota tempat tinggalku. Bahkan oleh komunitas di kalangan penulis. Mendengar hal ini aku menyadari bahwa memang aku belum apa-apa. Dan tentunya aku mawas diri karena memang demikian adanya. Lalu apakah aku harus berteriak-teriak memamerkan namaku, bahwa aku seorang penyair? Tentu tidak arif melakukan demikian. Ketika sahabat baruku Mas Slamet Suryadi juga mengatakan demikian maka aku membuka cerita. Adalah Laurens Koster Bohang atau dikenal dengan LK Bohang, teman seangkatan Chairil Anwar. Ia tidak meminta HB Jassin untuk menuliskannya dalam jajaran Angkatan '45, tidak juga merengek-rengek pada teman-temannya untuk dipanggil atau dimasukan dalam kelompok penyair. Baginya menulis terus saja menulis mengalir apa adanya. Kepribadiannya yang baik serta jiwanya yang terbuka ...