Postingan

Masih Berkutat Pamer Wajah dan Kebendaan

Gambar
 oleh : Rg Bagus Warsono Bila aku tak membaca tak tahu perkembangan pertumbuhan sastrawan baru Indonesia. Sebagai Kurator yang entah apa sebutannya karena lama menbidani Lumbung Puisi dapat memberikan penilaian bahwa pertumbuhan sastrawan idealnya adalah pertumbuhan karya baru. Tetapi grafik menunjukan lain, pelakunya yang sering ditampilkan. Kekeliruan ini adalah kurangnya kewajiban membaca dan kewajiban meluangkan waktu membaca serta kewajiban menyediakan bahan bacaan. Jika demikian mengapa justru yang ditonjolkan wajah bukan untaian kata-kata? Kemudian apakah jika media menampilkan tulisan tanpa gambar akan menarik? Jelas akan terpilih pilah di pihak pembaca. Pada saatnya nanti karya itu akan sampai pada pembaca yg tepat misalnya Kurator Sastra atau kritikus sastra yg akan memberikan respon dari bacaan yg menarik hatinya. Kapan akan mendapatkan giliran adalah kapan kita bisa menulis yg mengandung karya sastra yang agung. Sementara menanti saat yang tepat untuk penulis muda tampi...

satu per satu anakku berkurang jumlahnya karena ditelan buaya

 Tentu saja itik pandai berenang, kali ini danau yang terlalu luas jika yang berenang hanya beberapa itik, atau itik dan anak-anaknya saja.  Tak sebanding hamparan air di danau yg luas tenang.  Kenapa kau naik kedarat lagi? Bukankah di danau banyak ikan? Lalu itik berkata, satu per satu anakku berkurang jumlahnya karena ditelan buaya

Merawati May : PUISI ITU KAMU

Gambar
 Merawati May Puisi itu kamu Kutetap di sini Mencoba memahami apa itu kata hati Pelahan kurebahkan Seluruh sendi di peraduhan Sejenak kalbuku menerawang Menyeruak di antara puing-puing bimbang Merenunggi arti hadirmu Dalam hidupku Masih terbayang jelas masa itu Ketika kau menghampiri hidupku Menyentuh tiap jengkal hatiku Kau beri dan merawatnya dengan cinta Hingga hatiku seakan berbunga Kau dan aku Seakan berusaha untuk menyatu Namun sayang waktu melaju Tanpa bisa menunggu Kau pergi tinggalkan aku Namun masih kucoba telusuri lorong-lorong Dalam hati Mencoba mencari sisa guratan yang terperih Hingga kutemukan lagi Dan kucoba merajut kembali Namun sayang kau tak lagi denganku Bersamanya Kutetap di sini Mencoba menahan apa itu kata hati Dan mencoba memberi Sepengal hati walau telah kau bagi Inikah akhir dari sebuah awal? Aku denganmu dan kau dengannya Jika benar adanya, tak perlu ada maaf terucap. Bengkulu, 21 Maret 2022

Ingin Terkenal !, Sebuah Kekeliruan Tujuan Menjadi Penulis

Gambar
 Ingin Terkenal !, Sebuah Kekeliruan Tujuan Menjadi Penulis Entah sudah berapa orang mengatakan tetang aku. Baik secara langsung maupun mendengar penuturan teman. Bahwa aku tak begitu dikenal di Indramayu yang justru kota tempat tinggalku. Bahkan oleh komunitas di kalangan penulis. Mendengar hal ini aku menyadari bahwa memang aku belum apa-apa. Dan tentunya aku mawas diri karena memang demikian adanya. Lalu apakah aku harus berteriak-teriak memamerkan namaku, bahwa aku seorang penyair? Tentu tidak arif melakukan demikian. Ketika sahabat baruku Mas Slamet Suryadi juga mengatakan demikian maka aku membuka cerita. Adalah Laurens Koster Bohang atau dikenal dengan LK Bohang, teman seangkatan Chairil Anwar. Ia tidak meminta HB Jassin untuk menuliskannya dalam jajaran Angkatan '45, tidak juga merengek-rengek pada teman-temannya untuk dipanggil atau dimasukan dalam kelompok penyair. Baginya menulis terus saja menulis mengalir apa adanya. Kepribadiannya yang baik serta jiwanya yang terbuka ...

Kelak Barometer Sastra ada di Kalimantan

Gambar
 Jika IKN (Ibu Kota Negara) terwujud maka rakyat tertuju di IKN sebagai pusat pemerintahan. Tak terkecuali dunia sini dan hiburan serta informasi. IKN menjadi pusat segalanya termasuk dunia sastra, yang sampai saat ini seperti Jakarta. IKN akan menjadi pusat sorotan sastra Indonesia dikarenakan pusat informasi kelak di IKN dimana lambang-lambang Pemerintahan berada di sana. Tentu saja peran sastrawan di Kalimantan Timur khsusnya dan Kalimantan pada umumnya menjadi sorotan sastra Indonesia. Akankah demikian? Harapannya sudah pasti kita yang di belahan Propinsi lain memandang Kalimantan sebagai pusat sastra kelak. Harapan ini tentunya angin segar bagi saudara-saudara kita di sana. Kita mengenal Soekardi Wahyudi dari Kutai, Micky Hidayat di Banjarmasin, Fahmi Wahid di Balangan, Dyah Nkusuma, Ali Arsy Kindai, Tajuddin Noor Ganie, Mohammad Jumadi, Rosyidi Aryadi, Ayu Siti, Ibramsyah Amandit, dan banyak sahabat di sana yang akan mewarnai Sastra Indonesia kedepan. Kita tidak tahu kedepan ...

Kucing Kampung Tidak Pendendam

Begitu datang kucing anggora yang lucu, kucing kampung itu dibuang di sebrang sungai yang tak bisa kembali ke rumah. Kata kucing kampung yang budiman dan tidak dendam itu berujar: "Semoga aku menemukan jodoh baru dan menurunkan anak-anak yang lucu-lucu agar  seperti kucing anggora pengganti dirinya di rumah bekas majikanku, agar tak seperti aku nasibnya".

Merumuskan hari puisi Nasional

 Jika aku diajak untuk merumuskan hari puisi Nasional oleh Pemerintah maka aku mengusulkan tanggal 17 Agustus karena apabila tidak diperingati pun sudah banyak umbul-umbul.(Rg Bagus Warsono)