9. Menuangkan Sejarah di Atas Puisi

 Menuangkan Sejarah di Atas Puisi


   Menuangkan Sejarah di atas Puisi

Puisi juga adalah penerang sejarah yang punah. Pengarangnya ingin agar generasi selanjutnya memahami sejarah masa lalu di negerinya, di daerahnya, atau di desanya. Ia angkat kembali sepanjang ia ketahui agar dapat abadi. Tentu saja dalam bahasa penyair yang dituangkan dalam puisi.


   Bahasa penyair adalah bahasa khas penyair itu. Rangkaian kalimat adalah rangkaian hati penyair yang bersih. Sejarah ketengahkan dalam puisi agar mudah dipahami generasi. Sebuah penyelamatan cerita lewat syair.


   Anda pernah membaca Syekh Siti Jenar karya Saini KM? Maka jangan lewatkan membaca karya Tajuddinnoor Ganie . Sebuah karya membagi cerita bagi generasi ini. Bentuk syair itu yang menjadi beda. Agar generasi muda menjadi suka. Tentu ini menjadi istimewa manakala putera memahami masa lalu.


Berikut puisi Tajuddinnoor Ganie itu:




Perang Banjar1596

Tajuddinnoor Ganie


Cornelis de Houtman

seorang nakhoda Belanda

tiba di Banten mencari lada di pasar bebas

Tapi, gulden Belanda tak laku di Banten

Tak ada pedagang lada

yang mau berdagang dengan mereka

Cornelis de Houtman menjadi murka karenanya.

Kalau begitu, kita rampok saja lada mereka!

Malam, ketika bulan sabit

menyipit di langit Banten

Anak buah Cornelis de Houtman

menyerbu masuk ke sebuah kapal besar

yang sarat dengan muatan lada

Pemiliknya, seorang saudagar Banjar

tak bisa berbuat apa-apa

kecuali mengelus dada

menerima nasib yang buruk.

7 Juni 1607

Koopman Cillis Michelszoon

nakhoda Belanda yang lain

tanpa singgah di Banten

langsung datang ke Banjarmasin.

Aku, Koopman Cillis Michelszoon

datang ke mari sebagai pedagang

Aku orang Belanda

tapi bukan Cornelis de Houtman

Aku bukan perampok

Aku datang ke Banjarmasin

ingin berdagang dengan semangat

saling menguntungkan

Anak saudagar Banjar yang dulu

menjadi korban perampokan

Cornelis de Houtman

juga datang ke pelabuhan

menyambut mesra kedatangan

Koopman Cillis Michelszoon.

Selamat datang di Tanah Banjar

Kisah lama yang kusam

sudah lama aku lupakan”

Tapi, entah bagaimana cerita persisnya

Setelah mereka bersukaria

semalam suntuk bercandaria

Besok pagi terbetik berita

Koopman Cillis Michelszoon

dan semua awak kapalnya

tewas terbunuh bergelimpangan

sebagai korban pembunuhan.

1612

Subuh ketika bulan sabit

mengintip di langit Tanah Banjar

kapal perang Belanda tiba-tiba merapat

ke pulau Kembang, Dari kejauhan mereka

menembaki para pedagang

di pasar terapung muara Kuin

Para pedagang kocar-kacir dibuatnya.

1626

Lada yang panas membuat Belanda tak kenal jera

Kali ini mereka datang dengan kapal Doon

Aneh tapi nyata, niaga lada

kali ini berlangsung mulus

tak ada pistol meletus

tak ada mandau terhunus.

1634

Siang, ketika matahari

mengelupas kulit ari.

Coysbert van Loudestega

datang membawa armada Belanda

Kali ini mereka datang bukan untuk berdagang

tapi untuk mendiktekan kehendak berkuasa

atas monopoli perdagangan lada.

1635

Suksesi yang ricuh di Kerajaan Banjar

memberi peluang bagi masuknya

pengaruh Belanda dalam kancah politik

antarbangsawan Banjar

Ketika yang menang adalah raja Banjar

yang dibantu Belanda, maka terbukalah jalan

untuk menjajah Tanah Banjar.

Diplomasi hutang budi yang mencuat

dalam kemelut yang disulut intrik politik

pecah belah dan hancurkan

membuat raja Banjar yang dibantu Belanda

tak kuasa menolak apapun kehendak

yang didiktekan Belanda.

Mula-mula monopoli perdagangan lada

lalu erakan kerja paksa membangun jalan raya

dan yang paling celaka Belanda

akhirnya juga bisa mendiktekan suksesi.

1 November 1857

Sultan Adam yang mangkat

meninggalkan wasiat keramat

bahwa cucunya Pangeran Hidayatullah

harus dirajakan

Tapi Belanda tak pernah peduli pada

wasiat keramat dan kehendak rakyat.

3 November 1857

Residen Belanda dengan paksa

menobatkan raja boneka Pangeran Tamjid Dillah.

Pangeran Antasari, seorang bangsawan Banjar

tubuhnya gemetar menahan marah.

Ini penghinaan yang tiada tara

bagi kedaulatan Kerajaan Banjar

Orang Belanda sudah terlalu jauh

ikut campur dalam urusan pribadi tanah air kita

Suka atau tidak suka,

masalah suksesi adalah hak

yang paling pribadi dari seorang Raja Banjar

Pangeran Hidayatullah harus dirajakan

barang siapa berani melanggar wasiat itu

terkutuklah dia tujuh turunan.

Hai, rakyat Banjar yang cinta

dan setia pada tanah air tercinta

Ikutlah bersamaku dalam

barisan perang melawan penjajah Belanda

Kita bentuk barisan jihad fii sabilillah

Kita usir Belanda dari Tanah Banjar tercinta.

28 April 1859

Pecahlah Perang Banjar yang dahsyad itu

Seruan jihad Pangeran Antasari

bergema ke mana-mana

disambut di mana-mana

Bergema di Banua Ampat

disambut Temenggung Jalil

Bergema di Margasari

disambut Aling dan Sambang

Dari Margasari mereka berjalan kaki

menyerbu Gunung Jabuk

perkebunan karet milik Belanda.

Bergema di Amandit

disambut Temenggung Antaluddin

dan Panglima Cakrawati

Dari Amandit mereka

berjalan kaki menuju Tambai

menggempur habis pasukan Belanda

yang berjaga di sana.

Bergema di Tanah Laut

disambut Haji Buyasin dan Pembekal Bungur

Di sini mereka menyerbu masuk ke Benteng Tabonio.

Bergema di Tanah Barito

disambut Temenggung Surapati

Di Lontotur mereka berjaya

mencegat kapal Onrust Belanda

Semua awak kapalnya dibantai

dan kapalnya ditenggelamkan

ke dasar sungai Barito.

Bergema di Tanah Kahayan

disambut Mangkusari

Bergema di Tanah Kapuas

disambut Singapati

Perang Banjar

Perang yang dahsyad

Haram manyarah

Pantang mundur

Waja sampai ka puting

Perang Banjar

Perang yang dahsyad

Haram manyarah

Kukuh teguh hingga merdeka

Waja sampai ka putting

Banjarmasin, 5 Agustus 1995


 (Rg Bagus Warsono,Kurator sastra di HMGM)



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tiba di Dermagamu, Rg Bagus Warsono

Terjebak Hujan Tidur di Rumah Janda