6. Memotret Peristiwa Sejarah

 Memotret Peristiwa Sejarah


   Puisi ibarat rekaman masa lalu. Potret penyair akan peristiwa yang dilihatnya, dialaminya, dimata kepala sendiri. Tangan-tangan penyair mencatat semua itu dengan bahasanya yang penuh pesan. Peristiwa menjadi diingat karna puisi itu dan puisi menjadi prasasti sejarah dari kesaksian penyair.


   Anak-anak tidak akan tahu mayat bergelimpangan di jalan antara Kerawang dan Bekasi demi kemerdekaan bangsa ini andai Chairil Anwar tak menulis puisi.


   Begitu juga peristiwa lainnya banyak dicatat penyair dalam puisi. Puisi sejarah ini terkadang menjadi terkenal dikarenakan peristiwa yang dilukiskan dalam puisi itu menggugah apresiasi pembaca. Karena itulah puisi menjadi bernilai sejarah.


   Mungkin saja berpendapat puisi diperuntukan untuk hadiah seseorang, bingkisan moment tertentu, atau mencatat peristiwa sejarah. Seperti puisi 'Kerawang Bekasi' karya Chairil Anwar itu boleh jadi puisi dengan kandungan nilai sejarah bangsa ini.


   Bahasa Chairil tentu beda dengan bahasa Zubidah Djohar, penyair ini juga mencatat sejarah lewat puisi.  Apa yang dilihat dan dicatat Chairil dialami oleh Zubaidah Djohar dalam waktu yang berbeda.  Ia menyaksikan tragedi dengan menulis puisi yang menjadi terkenal seperti halnya Chairil Anwar.  Berikut cuplikan puisinya:


Cerobong Yang Terkabar

Zubaidah Djohar*


Entah cerobong mana

Yang mengabarkan

Periukku mengenyangkan

Kaum pemberontak

Cawanku menghilangkan

Dahaga yang sesak.


Aku diambil paksa

Dibawa ke Meunasah

Dibawa ke Kompi.


Dua hari dua malam

Ragaku perih

Perih dalam lumpur luka

Yang bercuka


Tak puas dengan jawabku

Kodim pun menunggu nyata


Tiga belas hari lamanya, tubuhku

Lebur dalam sejarah

Hitam pekat!

 (2008)


*Zubaidah Djohar yang akrab disapa Penyair Zhu (lahir di Bukittinggi, Sumatera Barat) adalah seorang aktivis kemanusiaan, peneliti dan penyair Indonesia dari Aceh. Ia banyak menyuarakan masalah kekerasan di Aceh dalam syair-syair puisinya, terutama keberpihakan terhadap kaum perempuan korban kekerasan.


 (Rg Bagus Warsono,Kurator sastra di HMGM)





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tiba di Dermagamu, Rg Bagus Warsono

Terjebak Hujan Tidur di Rumah Janda