Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2022

Ulasan Puisi 100 Chairil Anwar Masa Kini (7) Rissa Churria

Gambar
 Ulasan Puisi 100 Chairil Anwar Masa Kini (7) Ini puisi Rissa Churria perempuan penyair penuh talenta asal Bekasi tak ketinggalan memuji Chairil. Banyak kata dan kosa kata indah untuk memuji Chairil bahkan memperingatinya dengan banyak acara. Termasuk Rissa Churria juga . Namun ada istimewanya puisi ini yakni dalam bait :  //.../Aku merapal doa  Sembari menyusun sajak untukmu Meski hanya seuntai fatihah Sebaris shalawat tak bersyahwat Yang aku tulis pada dinding langit Tuhanku/...// Yakni sebuah kiriman doa kepada Sang Chairil yang ada di sana. Rissa mengingatkan kita bahwa ujud terima kasih tak lain bagi orang tlah tiada adalah kiriman doa. Ini menjadi cermin pembaca bahwa kelak kita pun ada yang mendoakan . Amien.  (Rg Bagus Warsono) Rissa Churria  DADA CAHAYA CHAIRIL ANWAR Kata ini bergemuruh pada puisimu Seperti magma yang lahir di antara lahar cinta Mengoyak dinding ketakutan Membakar semangat juang kebangsaan Aku merapal doa  Sembari menyusun sajak un...

Ulasan Puisi antologi 100 Chairil Anwar Masa Kini (8) Rosyidi Aryadi

Gambar
 Ulasan Puisi antologi 100 Chairil Anwar Masa Kini (8) Rosyidi Aryadi, penyair kelahiran Banjarmasin yang tingal di Palangkaraya ini pada 26 Juli 2026 masih sempat juga mengirim puisi di Lumbung Puisi. Rosyidi demikian mengutarakan dalam puisinya Abad Berlari Penyair Bersyair. Ia hendak menyampaikan bahwa kita beda zaman dengan zaman Chairil. Tetapi Rosyidi Aryadi mengungkapkan bahwa tak ada salahnya kita mengusung di Hari 100 Tahun Kelahiran Chairil. Baginya penghormatan terhadap pujangga angkatan'45 itu untuk mendapatkan bertkah kita. Sebuah kebijaksanaan yang luar biasa dimiliki Rosidi Aryadi. Dalam bait terakhirnya sebuah amanat bagi kita semua para penyair bahwa kita menengok diri kita kembali, untuk mencari jati diri , demikian bait terakhir itu:  //..../Bangkit dan bergerak menapaki jalan puisi mengurai kepekaan jiwa sambil.menyimak pertobatan nasuha. Perjalanan penuh liku luka semesta berpagar niat berbagi kata sembari meratapi jati diri.//  (Rg Bagus Warsono)...

Ulasan Puisi 100 Chairil Anwar Masa Kini (1): Wawan Hamzah Arfan

Gambar
 Ulasan Puisi 100 Chairil Anwar Masa Kini (1): Bagaimana seorang penyair menatap hidup dirinya dan pembandingan dengan Chairil Anwar dipadu situasi masa kini diketengahkan oleh Wawan Hamzah Arfan, penyair kawakan yang menetap di Cirebon ini. Judulnya ditujukan kepada Chairil Anwar. Ia nyatakan bahwa di masa ini gejolak Chairil tak perlu diungkapkan baginya hidup tak perlu ngoyo dan tetap menjalani dengan kemampuannya yang ia pasrahkan Kepada Allah. Agaknya Wawan Hamzah Arfan sengaja memberikan suri tauladan kepada yang muda bahwa hidup perlu dihayati. Dalam bait terkhirnya ketara bahwa ia menyadari tantangan dalam hidup ini. (Rg Bagus Warsono) KEPADA CHAIRIL ANWAR  : Wawan Hamzah Arfan  kau bilang dirimu binatang jalang  aku hanya tumbuhan ilalang  hidup liar dalam kubangan tanah tak bertuan  aku  tak perlu berlari  mengejar hidup hari ini  imajiku masih punya sensasi tak peduli jiwaku lapar  jantungku berdebar rasaku bergetar samar-sama...

Ulasan Puisi 100 Chairil Anwar Masa Kini (2): Joko Kahhar

Gambar
 Ulasan Puisi 100 Chairil Anwar Masa Kini (2): Bagaimana seorang penyair menoreh tintanya dalam waktu singkat adalah Joko Kahhar, penyair senior Indonesia asal Yogyakarya ini. Tentu tentang Chairil Anwar. Ia katakan bahwa puisi yang kuat akan ditemukan dalam kertas usang yang berlubang. Artinya akan ada orang lain yang membaca bahwa puisi kita itu hidup walau kadang terlantar atau terbuang. Hidup puisi itu puisilah yang membawanya. (Rg Bagus Warsono) Joko Kahhar KUINGAT SEBUAH NAMA Di lipatan kertas usang sebagian robek dan berlubang/ Kubaca larik-larik kalimat bersajak/ ..... Aku sekarang api aku sekarang laut/ Bung Karno! Kau dan aku satu zat satu urat/ Di zatmu di zatku kapal-kapal kita berlayar/ Di uratmu di uratku kapal-kapal kita bertolak & berlabuh/ (1948) Lalu kuingat sebuah nama: Chairil Anwar/ Binatang jalang dari kumpulannya terbuang// Yogyakarta, 26 Juli 2022 Joko Sulistyo Kahhar, nama panggilan, Joko Kahhar. Lahir di Banyuwangi Jawa Timur, 11 Februari 1955. Setelah...

Ulasan Puisi 100 Chairil Anwar Masa Kini (3), Anisah Effendi

 Ulasan Puisi 100 Chairil Anwar Masa Kini (3) Mari kita lihat puisi Anisah Effendi, penyair Cirebon yang aktif namun nyaris tak terlihat wajahnya.  Sebetulnya sisi yang diambil cukup indah. Ada mengungkapkan manfaat puisi dan juga tentang puisi Chairil Anwar. Baitnya yang terakhir tampak memberi kesimpulan bahwa dengan puisi memiliki semangat hidup. Sayang Anisah kurang melebar serta kosa kata yang minim sehingga puisi ini pendek. Namun demikian puisi adalah puisi apa pun yang ditulis bagi seorang penyair memiliki maksud tersendiri oleh penyairnya. (Rg Bagus Warsono)  Anisah Effendi DENGAN PUISI (Mengenang Chairil Anwar) Cinta dan doa kau lantunkan dengan puisi Amarah dan kecewa kau tumpahkan dengan puisi Sunyi dan sepi kau lukis dengan puisi Luka dan duka kau bawa berlari dengan puisi Dengan puisi pula Kau menjaga jiwa dan menjaga Indonesia Darimu aku temukan Semangat hidup Seribu tahun lagi Cirebon, 26 Juli 2022 Anisah Effendi Guru dan penikmat sastra. Menyukai sunyi da...

Ulasan Puisi 100 Chairil Anwar Masa Kini (4) Bambang Widiatmoko

Gambar
 Bambang Widiatmoko adalah sastrawan akademika yang tak asing lagi di Indonesia sejak tahun 1980-an. Kali ini memberikan puisinya yang sangat apik yaitu sebuah percakapan ruang batin. Adalah gaya Bambang Widiatmoko dalam puisi imajenernya dengan Chairil Anwar. Tampak puisi ini memberikan nuansa gambaran Chairil di saat masa-masa perjuangan dulu. Pemuda kurus kerempeng yang meyakinkan bahwa Chairil seorang pejuang meski hanya dengan aksara. Dalam puisi itu pula Chairil berkata aku kumbang aku kembang, sebuah baris yang memiliki makna tersirat. Baris baris metafora puisi Bambang memang luar biasa. Pada ia memandang gambar-gambar baliho yang kini terpasang sepanjang jalan Cikini Raya dan pada saat itu pula bayangan Chairil menghilang seakan dia berkata bahwa "Taman punya kita berdua", yang artinya tidak saja pada diri penulisnya (Bambang Widiatmoko)m tetapi juga siapa saja yang membacanya. Jempol untuk Mas Bambang Widiatmoko . (Rg Bagus Warsono) Bambang Widiatmoko PERCAKAPAN RUA...

Ulasan Puisi 100 Chairil Anwar Masa Kini (5) Erndra Achaer

Gambar
 Kutemukan puisi dari banyak puisi-puisi 100 Chairil Anwar Masa Kini yang menarik. Kali ini adalah Erndra Achaer perempuan penyair asal Banjarnegara.  Judulnya sangat menarik dan memiliki magnet untuk dibaca. Seseorang dalam perjalanan hidupnya memiliki cerita sendiri-sendiri. Bagaimana membagi cerita diri agar dinikmati orang lain melalui puisi.Pilihan judul  Aku Seperti Bukan Aku memberi kesan bahwa penyair ini sudah sudah pandai memberi nama judul. Bait pembuka dan kedua memberi kisah diri. Yang mengundang pembaca untuk membaca seterusnya. Sayang sekali  Erndra Achaer menepis cerita diri dengan mengalihkan alur puisinya pada bait  //.../Lihatlah Ada banyak cerita Tentang bocah-bocah malang Tercekam ancaman Tak sedikit impian pupus Dicekal bius nafsu/..// . Namun pada bait penutupnya kembali bercerita diri. Sungguh pun demikian puisi ini tetap menawan untuk dibaca. (Rg Bagus Warsono) Erndra Achaer AKU SEPERTI BUKAN AKU Apakah hanya luka Terus dibawa-bawa Tidak...

Ulasan Puisi 100 Chairil Anwar Masa Kini (6) Khalid Alrasyid

Gambar
 Chairil adalah fenomena, bicara Chairiul Anwar tak ada habisnya. Bagaimana seorang penyair memandang Chairil bagaimana kedekatan dengan tokoh itu dibangun. Dalam Percakapan Malam karya Khalid Alrasyid tentang Chairil Anwar disampaikannya bahwa sosok pujangga Angkatan '45 itu menjadi pesona bagi siapa saja yang membacanya. Disampaikannya bahwa puisi-puisi Chairil begitu abadi sepanjang masa. Pada baris-baris terakhir puisi Khalid Alrasyid melihat kenyataan yang terjadi sekarang ini.  //../lihatlah rintik-rintik yang pasrah berjatuhan menjadi ketentuan waktu dari isyarat yang lindap saat kata-kata kau sembunyikan dalam gela//. (Rg Bagus Warsono)  Khalid Alrasyid PERCAKAPAN MALAM Chairil, mari kita berbincang menyantap bahasa  menyeduh tawa  pada segelas rasa dari bola matamu lilin itu menyala di antara rinai-rinai doa pada tubuh yang direngkuh dingin lihatlah rintik-rintik yang pasrah berjatuhan menjadi ketentuan waktu dari isyarat yang lindap saat kata-kata kau ...

Chairil Anwar sebagai Pahlawan Nasional Perintis Kemerdekaan.

Gambar
 Jika banyak orang mengusung hari kelahiran Chairil sebagai hari Puisi, maka Lumbung Puisi tidak begitu. Kami lebih mengharapkan Chairil Anwar sebagai Pahlawan Nasional Perintis Kemerdekaan. Tentu kami tak sekedar omong. Bukti itu adalah adanya patung Chairil Anwar di Malang. (Rg Bagus Warsono) Sosok pemuda Chairil Anwar yang berjuang membela kemerdekaan lewat tulisan (puisi) hadir mewakili sastrawan dan membuat puisi berjudul ‘Sorga’ (25 Februari 1947) dan ‘Sajak Buat Basuki Resobowo’ (28 Februari 1947) yang kemudian diterbitkan dalam Pantja Raja, 1 April 1947; digabung dalam kumpulan puisi “Deru Campur Debu” . Rupanya, puisi yang dibuat Chairil Anwar tersebut membuat seorang intelektual kota Malang, Achmad Hudan Dardiri yang waktu itu sebagai Penyelidik Militer Khusus kesatuan Chu Gakko kagum dan tertarik pada puisi-puisi Chairil Anwar yang lain. Terlebih dengan syair puisi “Aku” “Biar peluru menembus kulitku, aku tetap meradang, menerjang…” yang dianggap dapat menjadi penyemanga...

PLEMBUNGAN, Marlin Dinamikanto

Gambar
  Marlin Dinamikanto: PLEMBUNGAN plembungan itu bergembira tubuhnya membesar dia tidak tahu ada yang menyebul jumawa terbang naik ke angkasa mengintip orang indehoy penghuni apartemen yang lupa menutup korden plembungan itu lelah tubuhnya mengecil jatuh di ujung selang nitrogen merasa jadi Dewa yang kesasar dikiranya tukang balon itu derajatnya abdi dalem maka dia turunkan executive order seperti Presiden Amerika ingin disebul lebih besar lagi supaya semua orang tahu tubuhnya bisa dilihat hingga ujung dunia tukang balon itu kesal diglenggengnya kran nitrogen plembungan itu njedot dunia tertawa membulinya sudah itu mereka lupa plembungan itu pernah ada Bogor, 17 Juli 2021

Tak perlu diharap banyak

 Sastra itu seni dan orangnya seniman. Tak perlu diharap banyak. Karena tak ada 'beras tak ada' rokok di sana. Bagi yang sudah tahu, tentu faham betul bahwa di sastra itu seperti kita memelihara perkutut. Ya seperti menyukai batu akik, menyukai barang antik. Kesukaan itu tetap dipelihara  dan kita tak meninggalkan mencari penghidupan di dunia ini. Kadang sastra menuntut waktu dan uang, kadang memberi kepuasan dan berkah rezeki kehormatan kita. Dimikian pelajaran yang diberikan.

Pertemuan Penyair Tiga di Teras Kedaulatan Rakyat Yogyakarta, Arifin Brandan , Rg Bagus Warsono dan A 'Syam Chandra

Gambar
 Yogyakarta itu misteri, milik penyair siapa saja dan kota metropolitan yang semakin ramai meluas. Yang misalkan penjual gudeg agar tak saling berdekatan seperti penyair. Ternyata banyak sisi untuk melihat dunia penyair. Bahwa banyak yang terlewatkan disebut, karena banyak sekali penyair yang sengaja menyendiri untuk tidak disebut. Ada obrolan yg menarik dalam pertemuan penyair '80-an Dadakan di teras Kedaulatan Rakyat Yogyakarta bersama Arifin Brandan  semakin hangat akan kehadiran Mas A' Syam Candra, penyair Yogyakarta yang baru baru ini antologinya di louching dan dibedah di UGM oleh Kritikus Sastra Indonesia DR Faruk yaitu antologi yg mengesankan kritikus itu  yang berjudul Blasblusblas. Meski kami hanya Bertiga, obrolan semakin asyik dari penyair Arifin Brandan yang bercerita masa mudanya adalah seorang sutradara dan pengasuh grup drama di Yogyakarta tahun 80-an. inilah yg membuat jatuh hati penyiar TVRI Yogyakarta pada penyair ganteng ini yg akhirnya hidup bersama h...