Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2022

Masih Berkutat Pamer Wajah dan Kebendaan

Gambar
 oleh : Rg Bagus Warsono Bila aku tak membaca tak tahu perkembangan pertumbuhan sastrawan baru Indonesia. Sebagai Kurator yang entah apa sebutannya karena lama menbidani Lumbung Puisi dapat memberikan penilaian bahwa pertumbuhan sastrawan idealnya adalah pertumbuhan karya baru. Tetapi grafik menunjukan lain, pelakunya yang sering ditampilkan. Kekeliruan ini adalah kurangnya kewajiban membaca dan kewajiban meluangkan waktu membaca serta kewajiban menyediakan bahan bacaan. Jika demikian mengapa justru yang ditonjolkan wajah bukan untaian kata-kata? Kemudian apakah jika media menampilkan tulisan tanpa gambar akan menarik? Jelas akan terpilih pilah di pihak pembaca. Pada saatnya nanti karya itu akan sampai pada pembaca yg tepat misalnya Kurator Sastra atau kritikus sastra yg akan memberikan respon dari bacaan yg menarik hatinya. Kapan akan mendapatkan giliran adalah kapan kita bisa menulis yg mengandung karya sastra yang agung. Sementara menanti saat yang tepat untuk penulis muda tampi...

satu per satu anakku berkurang jumlahnya karena ditelan buaya

 Tentu saja itik pandai berenang, kali ini danau yang terlalu luas jika yang berenang hanya beberapa itik, atau itik dan anak-anaknya saja.  Tak sebanding hamparan air di danau yg luas tenang.  Kenapa kau naik kedarat lagi? Bukankah di danau banyak ikan? Lalu itik berkata, satu per satu anakku berkurang jumlahnya karena ditelan buaya

Merawati May : PUISI ITU KAMU

Gambar
 Merawati May Puisi itu kamu Kutetap di sini Mencoba memahami apa itu kata hati Pelahan kurebahkan Seluruh sendi di peraduhan Sejenak kalbuku menerawang Menyeruak di antara puing-puing bimbang Merenunggi arti hadirmu Dalam hidupku Masih terbayang jelas masa itu Ketika kau menghampiri hidupku Menyentuh tiap jengkal hatiku Kau beri dan merawatnya dengan cinta Hingga hatiku seakan berbunga Kau dan aku Seakan berusaha untuk menyatu Namun sayang waktu melaju Tanpa bisa menunggu Kau pergi tinggalkan aku Namun masih kucoba telusuri lorong-lorong Dalam hati Mencoba mencari sisa guratan yang terperih Hingga kutemukan lagi Dan kucoba merajut kembali Namun sayang kau tak lagi denganku Bersamanya Kutetap di sini Mencoba menahan apa itu kata hati Dan mencoba memberi Sepengal hati walau telah kau bagi Inikah akhir dari sebuah awal? Aku denganmu dan kau dengannya Jika benar adanya, tak perlu ada maaf terucap. Bengkulu, 21 Maret 2022

Ingin Terkenal !, Sebuah Kekeliruan Tujuan Menjadi Penulis

Gambar
 Ingin Terkenal !, Sebuah Kekeliruan Tujuan Menjadi Penulis Entah sudah berapa orang mengatakan tetang aku. Baik secara langsung maupun mendengar penuturan teman. Bahwa aku tak begitu dikenal di Indramayu yang justru kota tempat tinggalku. Bahkan oleh komunitas di kalangan penulis. Mendengar hal ini aku menyadari bahwa memang aku belum apa-apa. Dan tentunya aku mawas diri karena memang demikian adanya. Lalu apakah aku harus berteriak-teriak memamerkan namaku, bahwa aku seorang penyair? Tentu tidak arif melakukan demikian. Ketika sahabat baruku Mas Slamet Suryadi juga mengatakan demikian maka aku membuka cerita. Adalah Laurens Koster Bohang atau dikenal dengan LK Bohang, teman seangkatan Chairil Anwar. Ia tidak meminta HB Jassin untuk menuliskannya dalam jajaran Angkatan '45, tidak juga merengek-rengek pada teman-temannya untuk dipanggil atau dimasukan dalam kelompok penyair. Baginya menulis terus saja menulis mengalir apa adanya. Kepribadiannya yang baik serta jiwanya yang terbuka ...

Kelak Barometer Sastra ada di Kalimantan

Gambar
 Jika IKN (Ibu Kota Negara) terwujud maka rakyat tertuju di IKN sebagai pusat pemerintahan. Tak terkecuali dunia sini dan hiburan serta informasi. IKN menjadi pusat segalanya termasuk dunia sastra, yang sampai saat ini seperti Jakarta. IKN akan menjadi pusat sorotan sastra Indonesia dikarenakan pusat informasi kelak di IKN dimana lambang-lambang Pemerintahan berada di sana. Tentu saja peran sastrawan di Kalimantan Timur khsusnya dan Kalimantan pada umumnya menjadi sorotan sastra Indonesia. Akankah demikian? Harapannya sudah pasti kita yang di belahan Propinsi lain memandang Kalimantan sebagai pusat sastra kelak. Harapan ini tentunya angin segar bagi saudara-saudara kita di sana. Kita mengenal Soekardi Wahyudi dari Kutai, Micky Hidayat di Banjarmasin, Fahmi Wahid di Balangan, Dyah Nkusuma, Ali Arsy Kindai, Tajuddin Noor Ganie, Mohammad Jumadi, Rosyidi Aryadi, Ayu Siti, Ibramsyah Amandit, dan banyak sahabat di sana yang akan mewarnai Sastra Indonesia kedepan. Kita tidak tahu kedepan ...

Kucing Kampung Tidak Pendendam

Begitu datang kucing anggora yang lucu, kucing kampung itu dibuang di sebrang sungai yang tak bisa kembali ke rumah. Kata kucing kampung yang budiman dan tidak dendam itu berujar: "Semoga aku menemukan jodoh baru dan menurunkan anak-anak yang lucu-lucu agar  seperti kucing anggora pengganti dirinya di rumah bekas majikanku, agar tak seperti aku nasibnya".

Merumuskan hari puisi Nasional

 Jika aku diajak untuk merumuskan hari puisi Nasional oleh Pemerintah maka aku mengusulkan tanggal 17 Agustus karena apabila tidak diperingati pun sudah banyak umbul-umbul.(Rg Bagus Warsono)

Menurunkan Gengsi

Bangga itu boleh untuk memacu semangat, kemudian diturunkan dengan rasa syukur, utuk melihat orang lain di bawah kebanggaan itu, setelah mampu memiliki rasa syukur turunkan lagi dengan miliki rasa peduli agar rasa syukur itu memiliki bukti implementasi, kemudian diturunkan lagi dengan peran menjadi orang yang berkedudukan sangat rendah (belajar merasai menjadi orang kecil) setelah ini bisa lakukan maka hidupmu kau temukan. (rg bagus warsono)

Chairil oh Chairil

 Chairil oh Chairil Chairi Anwar adalah penyair dengan karya  untuk sasaran ke publik. Bukan membuahkan karya yang khusus dibaca anak-anak atau dewasa. Bukan pula membuahkan karya yang sasarannya remaja. Karya-karya Chairil itu untuk publik segala umur. Sehingga tidak heran bila banyak puisi yang disukai oleh orang-orang tua atau anak-anak. Tak heran pula bila puisi-puisi Chairil Anwar banyak  dihafal anak-anak. Penulis pernah menjumpai seorang tua yang banyak hafal puisi-puisi Chairil dengan baik. Di masa sekolah dulu tahun 1970-an ketika penulis sekolah dasar banyak teman-teman hafal puisi-puisi Chairil Ketika penulis sekolah di SPG tahun 1981-1984-an puisi-puisi Chairil menjadi sesuatu penampilan para calon guru jika diharuskan unjuk ketrampilan seni. Kerawang Bekasi, Aku, Diponegoro, dan lain-lain adalah judul-judul puisi yang akrab dengan para pelajar di tahun 1970-1980-an. (bersambung, rg bagus warsono)

Derai-derai Cemara, Chairil Anwar

 Derai-derai Cemara cemara menderai sampai jauh terasa hari akan jadi malam ada beberapa dahan di tingkap merapuh dipukul angin yang terpendam aku sekarang orangnya bisa tahan sudah berapa waktu bukan kanak lagi tapi dulu memang ada suatu bahan yang bukan dasar perhitungan kini hidup hanya menunda kekalahan tambah terasing dari cinta sekolah rendah dan tahu, ada yang tetap tidak terucapkan sebelum pada akhirnya kita menyerah

Cintaku Jauh Di Pulau, Chairil Anwar

 Cintaku Jauh Di Pulau, Chairil Anwar Cintaku jauh di pulau, Gadis manis, sekarang iseng sendiri. Perahu melancar, bulan memancar, Di leher kukalungkan ole-ole buat si pacar. Angin membantu, laut terang, tapi terasa Aku tidak ‘kan sampai padanya. Di air yang tenang, di angin mendayu, Di perasaan penghabisan segala melaju Ajal bertakhta, sambil berkata: “Tujukan perahu ke pangkuanku saja.” Amboi! Jalan sudah bertahun kutempuh! Perahu yang bersama ‘kan merapuh! Mengapa ajal memanggil dulu Sebelum sempat berpeluk dengan cintaku?! Manisku jauh di pulau, Kalau ‘ku mati, dia mati iseng sendiri. 1946

Usia tidak mempengaruhi karya

Gambar
 Usia itu mempengaruhi pertumbuhan. Tetapi di sastra tidak ada batasan usia. Adakalanya usia muda berbuah banyak (berkarya sangat banyak) bernas berisi dan berkualitas. Ternyata Allah maha Agung, menyatakan bahwa usia tidak mempengaruhi karya. Seperti buah kelapa genjah, muda pun berkarya banyak.

Baru kali ini ada kancil yang menyodorkan lehernya untuk disembelih

 Hanya tinggal dua ekor anak kancil di Wanakaya, hutan dengan raja Maung yang suka makan kancil. Ketika dua prajurit itu menyodorkan anak kancil yang kurus itu dua anak kancil itu memberikan lehernya pada sang raja Wanakaya. Raja Wanakaya tertegun, baru kali ini ada kancil yang menyodorkan lehernya untuk disembelih.  ............

Aku bisa membuat sekolah ini nomor satu di Bandung

Gambar
Soekarno muda  Salah satu keyakinan akan kemampuan diri itu dilakukan Bung Karno ketika melamar menjadi guru agar dapat hidup di Bandung. Ia tidak mengatakan melamar jadi guru tapi ia bilang pada pemilik sekolah itu, katanya , "Aku bisa membuat sekolah ini nomor satu di Bandung asal aku dapat makan !" (Rg Bagus Warsono)

Menyenangkan orang tua.

 Menyenangkan orang tua. Dulu ketika muda berumah tangga, ditanya apakah gajihmu cukup buat beli susu anak? , aku jawab cukup, bagaimana makan sehari-hari gajihmu buat kredit motor?, aku jawab beli kontan, lalu kredit rumah? aku jawab sudah lunas, dan apakah lebaran ini kamu masak dan beli baju baru? aku jawab alhamdulillah semua ada. Istriku cuma diam dan tersenyum. Meskipun Bapakku setengah percaya, setidaknya aku telah menyenangkan hati orang tua.

Kenapa Orang Suka Pidato Si Bung?

Gambar
Ir Soekarno Di kalangan kaum Pergerakan banyak orang pandai berpidato dan berapi-api pada tahun 42-45. Seakan bocor di bawah tembok bendungan, derasnya luar biasa, baik di kota maupun di desa. Kenapa pidato Si Bung lebih didengar bahkan oleh orang-orang yang suka berpidato? Pertama Si Bung melihat siapa yang mendengarkan, bukan asal ceplok. Kalau yang mendengarkan kaum perempuan ia berada di hati perempuan, jika pada  para politikus ia berada di hati para politikus itu. Jika dengan para guru ia berada di hati para guru itu. Kedua, di setiap pidato Soekarno itu memberi kado oleh-oleh si pendengar berupa apa yang akan dikerjakan dan menjadi harapan si pendengar. (rg bagus warsono)

Cerita Ibu Inggit Demen Si Bung

Gambar
Inggit Ganarsih dan Soekarno Kamu kira Bu Inggit demen sama Bung Karno karena ganteng ? Bukan!Tetapi karena Si Bung cinta  kebersihan. Rumah itu harus bersih sehingga penghuninya sehat. Ia tak ingin rumah kos yang ditempatinya jorok dan kotor. Kalau hari libur meski bukan rumah sendiri ia  bersihkan semuanya tampa disuruh atau malu. Dari situlah Bu Inggit merasa ada pengganti mendiang suaminya.(Rg Bagus Warsono)

Penyair dengan Karya Setara Karya Chairil Anwar

Gambar
  Taufiq Ismail Abdul Hadi WM Ws Rendra A. Angkatan '66 : 1. Abdul Hadi WM 2. WS Rendra 3. Taufiq Ismail B. Angkatan Pasca'66 (70-90-an): 1. Joko Pinurbo 2. Remy Silado 3. Radhar Panca Dahana Channel 4. Mega Vristian Sambodo 5. Isbedy ZS Stiawan 6. Aloysius Slamet Widodo 7. Acep Zamzam Noor. 8. Wiji Tukul 9. Agus Noor.  C. Angkatan 2000 ( 2000- Sekarang) 1. Wayan Jengki Sunarta 2. Cecep Samsul Hari 3. Igir Alqatiri